SISTEM REPRODUKSI
Reproduksi adalah
kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan yang baru. Tujuannya
adalah untuk mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis agar tidak punah.
Pada manusia untuk menghasilkan keturunan yang baru diawali dengan peristiwa
fertilisasi. Sehingga dengan demikian reproduksi pada manusia dilakukan dengan
cara generatif atau seksual.
1. SISTEM REPRODUKSI PADA PRIA
Organ reproduksi pria
terdiri dari organ reproduksi luar dan organ reproduksi dalam.
Alat kelamin luar pria
terdiri atas:
a. Penis
Merupakan organ yang
berperan untuk kopulasi (persetubuhan). Kopulasi adalah hubungan kelamin
(senggama) antara pria dan wanita yang bertujuan untuk memindahkan semen ke
dalam rahim wanita. Dari dalam penis terdapat uretra berupa saluran yang dikelilingi
oleh jaringan yang banyak mengandung rongga darah (korpus cavernosum). Apabila
karena sesuatu hal korpus cavernosum itu penuh berisi darah, maka penis akan
tegang dan mengembang disebut ereksi. Hanya dalam keadaan ereksilah penis dapat
melakukan tugas sebagai alat kopulasi. Alat reproduksi pada pria mulai
berfungsi semenjak masa puber (± 14 tahun) sampai tua selama manusia itu dalam
keadaan sehat.
b. Scrotum
Merupakan kantung
tempat kedua testis berada. memiliki otot dartos untuk mengkerutkan atau
mengendurkan testis, otot kremaster untuk pengaturan temperatur testis terhadap
tubuh.
Alat kelamin dalam pria
terdiri atas:
a. Testes
Berjumlah sepasang, dan
berbentuk bulat telur. Organ ini tersimpan dalam suatu kantung pelindung yang
disebut skrotum (kantong buah zakar) dan terletak diluar rongga perut,
berfungsi untuk menghasilkan sel kelamin jantan (spermatozoa) dan juga hormon
kelamin jantan yaitu testosteron. Testis banyak mengandung pembuluh halus
disebut tubulus seminiferus. Pada dinding tubulus seminiferus terdapat
calon-calon sperma (spermatogonium) yang diploid. Di antara tubulus seminiferus
terdapat sel-sel intersisial yang menghasilkan hormon testosteron dan hormon
kelamin jantan lainnya. Selain itu, terdapat pula sel-sel berukuran besar yang
berfungsi menyediakan makanan bagi spermatozoa. Sel ini disebut sel sertoli.
b. Saluran reproduksi
Terdiri atas:
• Epididimis, yaitu saluran panjang
berkelok-kelok yang terdapat di dalam skrotum yang keluar dari testis. Setiap
testis mempunyai satu epididimis, sehingga jumlahnya sepasang, kanan dan kiri.
Saluran ini panjang dan berbelok-belok di dalam skrotum. Di dalam epididimis
ini sperma disimpan untuk sementara dan menjadi matang sehingga dapat bergerak.
• Vas deferens, yaitu saluran yang
merupakan lanjutan dari epididimis. Bagian ujung saluran ini terdapat di dalam
kelenjar prostata. Fungsi vas deferens ialah sebagai jalan sperma dari
epididimis ke kantung sperma (vesicula seminalis). Arah vas deferens ini ke
atas, kemudian melingkar dan salah satu ujungnya berakhir pada kelenjar
prostat. Di belakang kantong kemih, saluran ini bersatu membentuk duktus
ejakulatorius pendek yang berakhir di uretra. Uretra dan duktus ejakulatorius
sama-sama berakhir di ujung penis.
• Saluran ejakulasi, yaitu saluran pendek
yang menghubungkan vesikula seminalis & uretra.
• Uretra, yaitu saluran akhir
reproduksi. Urethra ialah saluran yang terdapat di dalam penis yang mempunyai
dua fungsi, yaitu: sebagai saluran urine dari kandung kemih (vesica urinaria)
keluar tubuh dan sebagai saluran untuk jalannya semen dari kantong semen.
c. Kelenjar kelamin
Di samping saluran
kelamin, alat kelamin dilengkapi dengan kelenjar kelamin, yang bertugas
menghasilkan sekrit (getah) yaitu:
• Vesicula seminalis (kantung sperma):
berjumlah sepasang, dan menjadi satu kantong. Dindingnya dapat menghasilkan
cairan berwarna kekuningan yang banyak mengandung makanan untuk sperma.
Vesikula seminalis ini terletak di atas dan bawah kantong kemih. Vesikula
seminalis menghasilkan 60% dari volume total semen. Cairan dari vesikula
seminalis berwarna jernih, kental, berlendir, mengandung asam amino dan
fruktosa. Cairan ini berfungsi untuk memberi makan sperma. Selain itu, vesikula
seminalis juga mengekskresikan prostaglandin yang berfungsi membuat otot uterin
berkontraksi untuk mendorong semen mencapai uterus.
• Kelenjar prostat
Kelenjar prostat
berukuran lebih besar dibandingkan kelenjar lainnya. Cairan yang dihasilkan
encer seperti susu dan bersifat alkalis (basa) sehingga dapat menyeimbangkan
keasaman residu urin di uretra dan keasaman vagina. Cairan ini langsung
bermuara ke uretra lewat beberapa saluran kecil.
• Kelenjar bulbouretral ( Cowper)
Kelenjar ini kecil,
berjumlah sepasang, dan terletak di sepanjang uretra di bawah prostat. Sebelum
ejakulasi, kelenjar ini mensekresikan mukus bening yang menetralkan setiap urin
asam yang masih tersisa dalam uretra. Cairan bulbouretral juga membawa sebagian
sperma yang dibebaskan sebelum ejakulasi.
2. SISTEM REPRODUKSI PADA WANITA
Organ reproduksi wanita
terdiri dari organ reproduksi luar dan organ reproduksi dalam.
Organ kelamin luar
Organ kelamin luar
(vulva) dibatasi oleh labium mayor (sama dengan skrotum pada pria). Labium
mayor terdiri dari kelenjar keringat dan kelenjar sebasea (penghasil minyak);
setelah puber, labium mayor akan ditumbuhi rambut. Labium minor terletak tepat
di sebelah dalam dari labium mayor dan mengelilingi lubang vagina dan uretra.
Lubang pada vagina
disebut introitus dan daerah berbentuk separuh bulan di belakang introitus
disebut forset. Jika ada rangsangan,
dari saluran kecil di samping introitus akan keluar cairan (lendir) yang
dihasilkan oleh kelenjar Bartolin.
Uretra terletak di
depan vagina dan merupakan lubang tempat keluarnya air kemih dari kandung
kemih.
Labium minora kiri dan
kanan bertemu di depan dan membentuk klitoris, yang merupakan penonjolan kecil
yang sangat peka (sama dengan penis pada pria).
Klitoris dibungkus oleh
sebuah lipatan kulit yang disebut preputium (sama dengan kulit depat pada ujung
penis pria). Klitoris sangat sensitif terhadap rangsangan dan bisa mengalami
ereksi.
Labium mayor kiri dan
kanan bertemu di bagian belakang membentuk perineum, yang merupakan suatu
jaringan fibromuskuler diantara vagina dan anus.
Kulit yang membungkus
perineum dan labium mayo sama dengan kulit di bagian tubuh lainnya, yaitu tebal
dan kering dan bisa membentuk sisik. Sedangkan selaput pada labium minor dan
vagina merupakan selaput lendir, lapisan dalamnya memiliki struktur yang sama
dengan kulit, tetapi permukaannya tetap lembab karena adanya cairan yang
berasal dari pembuluh darah pada lapisan yang lebih dalam. Karena kaya akan
pembuluh darah, maka labium minora dan vagina tampak berwarna pink.
Lubang vagina
dikeliling oleh himen (selaput dara). Kekuatan himen pada setiap wanita
bervariasi, karena itu pada saat pertama kali melakukan hubungan seksual, himen
bisa robek atau bisa juga tidak.
Organ reproduksi dalam
Organ reproduksi dalam
wanita terdiri dari ovarium dan saluran reproduksi (saluran kelamin).
Ovarium
Ovarium (indung telur)
berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan panjang 3 – 4 cm. Ovarium berada di
dalam rongga badan, di daerah pinggang. Umumnya setiap ovarium menghasilkan
ovum setiap 28 hari. Ovum yang dihasilkan ovarium akan bergerak ke saluran
reproduksi. Fungsi ovarium yakni menghasilkan ovum (sel telur) serta hormon
estrogen dan progesteron.
Masing-masing ovarium
terbungkus dalam kapsul pelindung yang keras dan mengandung banyak flikel.
Folikel terdiri atas satu sel telur yang dikelilingi oleh satu atau lebih
lapisan sel-sel folikel, yang memberikan makanan dan melindungi sel telur yang
sedang berkembang. Keseluruhan dari 400.000 folikel yang dimiliki oleh seorang
perempuan sudah terbentuk sebelum kelahirannya. Dari jumlah tersebut, hanya
beberapa ratus folikel yang akan membebaskan sel telur selama tahun-tahun
reproduksi seorang perempuan. Mulai pada masa pubertas dan berlangsung sampai
menopouse, umumnya sebuah folikel matang dan membebaskan sel telurnya setiap
satu siklus menstruasi. Sel-sel folikel juga menghasilkan hormon seks utama
perempuan yaitu estrogen. Sel telur itu didorong dari folikel dalam proses
ovulasi. Jaringan folikel sisanya akan tumbuh di dalam ovarium untuk membentuk
massa padat yang disebut korpus luteum. Korpus luteum mensekresikan tambahan
estrogen dan progesteron. Jika sel telur tidak dibuahi, maka korpus luteum akan
lisis.
Saluran reproduksi
Saluran reproduksi
(saluran kelamin) terdiri dari oviduk, uterus dan vagina.
a. Oviduk
Oviduk (tuba falopii)
atau saluran telur berjumlah sepasang (di kanan dan kiri ovarium) dengan
panjang sekitar 10 cm. Bagian pangkal oviduk berbentuk corong yang disebut
infundibulum. Pada infundibulum terdapat jumbai-jumbai (fimbrae). Fimbrae
berfungsi menangkap ovum yang dilepaskan oleh ovarium. Ovum yang ditangkap oleh
infundibulum akan masuk ke oviduk. Oviduk berfungsi untuk menyalurkan ovum dari
ovarium menuju uterus.
b. Uterus
Uterus (kantung
peranakan) atau rahim merupakan rongga pertemuan oviduk kanan dan kiri yang
berbentuk seperti buah pir dan bagian bawahnya mengecil yang disebut serviks
(leher rahim). Serviks (leher rahim) terletak di puncak vagina. Selama masa reproduktif, lapisan lendir
vagina memiliki permukaan yang berkerut-kerut. Sebelum pubertas dan sesudah
menopause, lapisan lendir menjadi licin.
Rahim merupakan suatu
organ yang berbentuk seperti buah pir dan terletak di puncak vagina. Rahim
terletak di belakang kandung kemih dan di depan rektum, dan diikat oleh 6
ligamen. Rahim terbagi menjadi 2 bagian, yaitu serviks dan korpus (badan
rahim). Serviks merupakan uterus bagian bawah yang membuka ke arah vagina.
Korpus biasanya bengkok ke arah depan.
Selama masa
reproduktif, panjang korpus adalah 2 kali dari panjang serviks. Korpus
merupakan jaringan kaya otot yang bisa melebar untuk menyimpan janin. Selama
proses persalinan, dinding ototnya mengkerut sehingga bayi terdorong keluar
melalui serviks dan vagina.
Sebuah saluran yang
melalui serviks memungkinkan sperma masuk ke dalam rahim dan darah menstruasi
keluar. Serviks biasanya merupakan penghalang yang baik bagi bakteri, kecuali
selama masa menstruasi dan selama masa ovulasi (pelepasan sel telur). Saluran di dalam serviks adalah sempit,
bahkan terlalu sempit sehingga selama kehamilan janin tidak dapat melewatinya.
Tetapi pada proses persalinan saluran ini akan meregang sehingga bayi bisa
melewatinya.
Saluran serviks
dilapisi oleh kelenjar penghasil lendir. Lendir ini tebal dan tidak dapat
ditembus oleh sperma kecuali sesaat sebelum terjadinya ovulasi. Pada saat ovulasi, konsistensi lendir berubah
sehingga sperma bisa menembusnya dan terjadilah pembuahan (fertilisasi). Selain
itu, pada saat ovulasi, kelenjar penghasil lendir di serviks juga mampu
menyimpan sperma yang hidup selama 2-3 hari.
Sperma ini kemudian dapat bergerak ke atas melalui korpus dan masuk ke
tuba falopii untuk membuahi sel telur. Karena itu, hubungan seksual yang
dilakukan dalam waktu 1-2 hari sebelum ovulasi bisa menyebabkan kehamilan.
Uterus manusia
berfungsi sebagai tempat perkembangan zigot apabila terjadi fertilisasi. Uterus
terdiri dari dinding berupa lapisan jaringan yang tersusun dari beberapa lapis
otot polos dan lapisan endometrium. Lapisan endometrium (dinding rahim)
tersusun dari sel-sel epitel dan membatasi uterus. Lapisan endometrium
menghasilkan banyak lendir dan pembuluh darah. Lapisan endometrium akan menebal
pada saat ovulasi (pelepasan ovum dari ovarium) dan akan meluruh pada saat
menstruasi.
c. Vagina
Vagina merupakan
saluran akhir dari saluran reproduksi bagian dalam pada wanita. Vagina bermuara
pada vulva. Vagina memiliki dinding yang berlipat-lipat dengan bagian terluar
berupa selaput berlendir, bagian tengah berupa lapisan otot dan bagian terdalam
berupa jaringan ikat berserat. Selaput berlendir (membran mukosa) menghasilkan
lendir pada saat terjadi rangsangan seksual. Lendir tersebut dihasilkan oleh
kelenjar Bartholin. Jaringan otot dan jaringan ikat berserat bersifat elastis
yang berperan untuk melebarkan uterus saat janin akan dilahirkan dan akan
kembali ke kondisi semula setelah janin dikeluarkan.
PROSES FISIOLOGIS
SISTEM REPRODUKSI
Spermatogenesis
Spermatogenesis terjadi
di dalam di dalam testis, tepatnya pada tubulus seminiferus. Spermatogenesis
mencakup pematangan sel epitel germinal dengan melalui proses pembelahan dan
diferensiasi sel, yang mana bertujuan untuk membentu sperma fungsional.
Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan di
epididimis. Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan
jaringan epitelium germinal (jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada saat
spermatogenesis. Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam
ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis umumnya mengandung sekitar 250
lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel
germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia (spermatogonium =
tunggal). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel
tubulus seminiferus. Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak
diri, sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap
perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.
Pada tahap pertama
spermatogenesis, spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau mengandung 23
kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal yang disebut
spermatogonia tipe A. Spermatogenia tipe A membelah secara mitosis menjadi
spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini
akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid. Setelah
melewati beberapa minggu, setiap spermatosit primer membelah secara meiosis
membentuk dua buah spermatosit sekunder yang bersifat haploid. Spermatosit
sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis membentuk empat buah spermatid.
Spermatid merupakan calon sperma yang belum memiliki ekor dan bersifat haploid
(n atau mengandung 23 kromosom yang tidak berpasangan). Setiap spermatid akan
berdiferensiasi menjadi spermatozoa (sperma). Proses perubahan spermatid
menjadi sperma disebut spermiasi. Ketika spermatid dibentuk pertama kali,
spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid
mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala
dan ekor.
Kepala sperma terdiri
dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit sitoplasma. Pada bagian membran
permukaan di ujung kepala sperma terdapat selubung tebal yang disebut akrosom.
Akrosom mengandung enzim hialuronidase dan proteinase yang berfungsi untuk
menembus lapisan pelindung ovum. Pada ekor sperma terdapat badan sperma yang
terletak di bagian tengah sperma. Badan sperma banyak mengandung mitokondria
yang berfungsi sebagai penghasil energi untuk pergerakan sperma. Semua tahap
spermatogenesis terjadi karena adanya pengaruh sel-sel sertoli yang memiliki
fungsi khusus untuk menyediakan makanan dan mengatur proses spermatogenesis.
Oogenesis
Oogenesis merupakan
proses pembentukan ovum di dalam ovarium. Di dalam ovarium terdapat oogonium
(oogonia = jamak) atau sel indung telur. Oogonium bersifat diploid dengan 46
kromosom atau 23 pasang kromosom. Oogonium akan memperbanyak diri dengan cara
mitosis membentuk oosit primer.
Oogenesis telah dimulai
saat bayi perempuan masih di dalam kandungan, yaitu pada saat bayi berusia
sekitar 5 bulan dalam kandungan. Pada saat bayi perempuan berumur 6 bulan,
oosit primer akan membelah secara meiosis. Namun, meiosis tahap pertama pada
oosit primer ini tidak dilanjutkan sampai bayi perempuan tumbuh menjadi anak
perempuan yang mengalami pubertas. Oosit primer tersebut berada dalam keadaan
istirahat (dorman).
Pada saat bayi
perempuan lahir, di dalam setiap ovariumnya mengandung sekitar 1 juta oosit
primer. Ketika mencapai pubertas, anak perempuan hanya memiliki sekitar 200
ribu oosit primer saja. Sedangkan oosit lainnya mengalami degenerasi selama
pertumbuhannya.
Saat memasuki masa
pubertas, anak perempuan akan mengalami perubahan hormon yang menyebabkan oosit
primer melanjutkan meiosis tahap pertamanya. Oosit yang mengalami meiosis I
akan menghasilkan dua sel yang tidak sama ukurannya. Sel oosit pertama
merupaakn oosit yang berukuran normal (besar) yang disebut oosit sekunder,
sedangkan sel yang berukuran lebih kecil disebut badan polar pertama (polosit
primer).
Selanjutnya , oosit
sekunder meneruskan tahap meiosis II (meiosis kedua). Namun pada meiosis II,
oosit sekunder tidak langsung diselesaikan sampai tahap akhir, melainkan
berhenti sampai terjadi ovulasi. Jika tidak terjadi fertilisasi, oosit sekunder
akan mengalami degenerasi. Namun jika ada sperma masuk ke oviduk, meiosis II
pada oosit sekunder akan dilanjutkan kembali. Akhirnya, meiosis II pada oosit
sekunder akan menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid dan satu sel kecil
yang disebut badan polar kedua (polosit sekunder). Badan polar pertama juga
membelah menjadi dua badan polar kedua. Akhirnya, ada tiga badan polar dan satu
ootid yang akan tumbuh menjadi ovum dari oogenesis setiap satu oogonium.
Oosit dalam oogonium
berada di dalam suatu folikel telur. Folikel telur (folikel) merupakan sel
pembungkus penuh cairan yang menglilingi ovum. Folikel berfungsi untuk
menyediakan sumber makanan bagi oosit. Folikel juga mengalami perubahan seiring
dengan perubahan oosit primer menjadi oosit sekunder hingga terjadi ovulasi.
Folikel primer muncul pertama kali untuk menyelubungi oosit primer. Selama
tahap meiosis I pada oosit primer, folikel primer berkembang menjadi folikel
sekunder. Pada saat terbentuk oosit sekunder, folikel sekunder berkembang menjadi
folikel tersier. Pada masa ovulasi, folikel tersier berkembang menjadi folikel
de Graaf (folikel matang). Setelah oosit sekunder lepas dari folikel, folikel
akan berubah menjadi korpus luteum. Jika tidak terjaid fertilisasi, korpus
luteum akan mengkerut menjadi korpus albikan.
Menstruasi
Menstruasi (haid)
adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus yang disertai
pelepasan endometrium. Menstruasi terjadi jika ovum tidak dibuahi oleh sperma.
Siklus menstruasi sekitar 28 hari. Pelepasan ovum yang berupa oosit sekunder
dari ovarium disebut ovulasi, yang berkaitan dengan adanya kerjasama antara
hipotalamus dan ovarium. Hasil kerjasama tersebut akan memacu pengeluaran
hormon-hormon yang mempengaruhi mekanisme siklus menstruasi.
Untuk mempermudah
penjelasan mengenai siklus menstruasi, patokannya adalah adanya peristiwa yang
sangat penting, yaitu ovulasi. Ovulasi terjadi pada pertengahan siklus (½ n)
menstruasi. Untuk periode atau siklus hari pertama menstruasi, ovulasi terjadi
pada hari ke-14 terhitung sejak hari pertama menstruasi. Siklus menstruasi
dikelompokkan menjadi empat fase, yaitu fase menstruasi, fase pra-ovulasi, fase
ovulasi, fase pasca-ovulasi.
1. Fase menstruasi
Fase menstruasi terjadi
bila ovum tidak dibuahi oleh sperma, sehingga korpus luteum akan menghentikan
produksi hormon estrogen dan progesteron. Turunnya kadar estrogen dan
progesteron menyebabkan lepasnya ovum dari dinding uterus yang menebal
(endometrium). Lepasnya ovum tersebut menyebabkan endometrium sobek atau
meluruh, sehingga dindingnya menjadi tipis. Peluruhan pada endometrium yang
mengandung pembuluh darah menyebabkan terjadinya pendarahan pada fase
menstruasi. Pendarahan ini biasanya berlangsung selama lima hari. Volume darah
yang dikeluarkan rata-rata sekitar 50mL.
2. Fase pra-ovulasi
Pada fase pra-ovulasi atau
akhir siklus menstruasi, hipotalamus mengeluarkan hormon gonadotropin.
Gonadotropin merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH. Adanya FSH merangsang
pembentukan folikel primer di dalam ovarium yang mengelilingi satu oosit
primer. Folikel primer dan oosit primer akan tumbuh sampai hari ke-14 hingga
folikel menjadi matang atau disebut folikel de Graaf dengan ovum di dalamnya.
Selama pertumbuhannya, folikel juga melepaskan hormon estrogen. Adanya estrogen
menyebabkan pembentukan kembali (proliferasi) sel-sel penyusun dinding dalam
uterus dan endometrium. Peningkatan konsentrasi estrogen selama pertumbuhan
folikel juga mempengaruhi serviks untuk mengeluarkan lendir yang bersifta basa.
Lendir yang bersifat basa berguna untuk menetralkan sifat asam pada serviks
agar lebih mendukung lingkungan hidup sperma.
3. Fase ovulasi
Pada saat mendekati
fase ovulasi atau mendekati hari ke-14 terjadi perubahan produksi hormon.
Peningkatan kadar estrogen selama fase pra-ovulasi menyebabkan reaksi umpan
balik negatif atau penghambatan terhadap pelepasan FSH lebih lanjut dari
hipofisis. Penurunan konsentrasi FSH menyebabkan hipofisis melepaskan LH. LH
merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf. Pada saat inilah
disebut ovulasi, yaitu saat terjadi pelepasan oosit sekunder dari folikel de
Graaf dan siap dibuahi oleh sperma. Umunya ovulasi terjadi pada hari ke-14.
4. Fase pasca-ovulasi
Pada fase
pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh oosit sekunder karena
pengaruh LH dan FSH akan berkerut dan berubah menjadi korpus luteum. Korpus
luteum tetap memproduksi estrogen (namun tidak sebanyak folikel de Graaf
memproduksi estrogen) dan hormon lainnya, yaitu progesteron. Progesteron
mendukung kerja estrogen dengan menebalkan dinding dalam uterus atau endometrium
dan menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah pada endometrium. Progesteron juga
merangsang sekresi lendir pada vagina dan pertumbuhan kelenjar susu pada
payudara. Keseluruhan fungsi progesteron (juga estrogen) tersebut berguna untuk
menyiapkan penanaman (implantasi) zigot pada uterus bila terjadi pembuahan atau
kehamilan.
Proses pasca-ovulasi
ini berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28. Namun, bila sekitar hari
ke-26 tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah menjadi korpus
albikan. Korpus albikan memiliki kemampuan produksi estrogen dan progesteron
yang rendah, sehingga konsentrasi estrogen dan progesteron akan menurun. Pada
kondisi ini, hipofisis menjadi aktif untuk melepaskan FSH dan selanjutnya LH,
sehingga fase pasca-ovulasi akan tersambung kembali dengan fase menstruasi
berikutnya.
Fertilisasi
Fertilisasi atau
pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum dibuahi oleh sperma.
Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder memasuki oviduk.
Namun, sebelum sperma dapat memasuki oosit sekunder, pertama-tama sperma harus
menembus berlapis-lapis sel granulosa yang melekat di sisi luar oosit sekunder
yang disebut korona radiata. Kemudian, sperma juga harus menembus lapisan
sesudah korona radiata, yaitu zona pelusida. Zona pelusida merupakan lapisan di
sebelah dalam korona radiata, berupa glikoprotein yang membungkus oosit
sekunder.
Sperma dapat menembus
oosit sekunder karena baik sperma maupun oosit sekunder saling mengeluarkan
enzim dan atau senyawa tertentu, sehingga terjadi aktivitas yang saling
mendukung.
Pada sperma, bagian
kromosom mengeluarkan:
Hialuronidase, Enzim
yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata.
Akrosin, Protease yang
dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida.
Antifertilizin, Antigen
terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada oosit sekunder.
Oosit sekunder juga
mengeluarkan senyawa tertentu, yaitu fertilizin yang tersusun dari glikoprotein
dengan fungsi :
• Mengaktifkan sperma agar bergerak
lebih cepat.
• Menarik sperma secara kemotaksis
positif.
• Mengumpulkan sperma di sekeliling
oosit sekunder.
Pada saat satu sperma
menembus oosit sekunder, sel-sel granulosit di bagian korteks oosit sekunder
mengeluarkan senyawa tertentu yang menyebabkan zona pelusida tidak dapat
ditembus oleh sperma lainnya. Adanya penetrasi sperma juga merangsang
penyelesaian meiosis II pada inti oosit sekunder , sehingga dari seluruh proses
meiosis I sampai penyelesaian meiosis II dihasilkan tiga badan polar dan satu
ovum yang disebut inti oosit sekunder.
Segera setelah sperma
memasuki oosit sekunder, inti (nukleus) pada kepala sperma akan membesar.
Sebaliknya, ekor sperma akan berdegenerasi. Kemudian, inti sperma yang
mengandung 23 kromosom (haploid) dengan ovum yang mengandung 23 kromosom (haploid)
akan bersatu menghasilkan zigot dengan 23 pasang kromosom (2n) atau 46
kromosom.
Gestasi (Kehamilan)
Zigot akan ditanam
(diimplantasikan) pada endometrium uterus. Dalam perjalannya ke uterus, zigot
membelah secara mitosis berkali-kali. Hasil pembelahan tersebut berupa
sekelompok sel yang sama besarnya, dengan bentuk seperti buah arbei yang
disebut tahap morula.
Morula akan terus
membelah sampai terbentuk blastosit. Tahap ini disebut blastula, dengan rongga
di dalamnya yang disebut blastocoel (blastosol). Blastosit terdiri dari sel-sel
bagian luar dan sel-sel bagian dalam.
1. Sel-sel bagian luar blastosit
Sel-sel bagian luar
blastosit merupakan sel-sel trofoblas yang akan membantu implantasi blastosit
pada uterus. Sel-sel trofoblas membentuk tonjolan-tonjolan ke arah endometrium
yang berfungsi sebagai kait. Sel-sel trofoblas juga mensekresikan enzim
proteolitik yang berfungsi untuk mencerna serta mencairkan sel-sel endometrium.
Cairan dan nutrien tersebut kemudian dilepaskan dan ditranspor secara aktif oleh
sel-sel trofoblas agar zigot berkembang lebih lanjut. Kemudian, trofoblas
beserta sel-sel lain di bawahnya akan membelah (berproliferasi) dengan cepat
membentuk plasenta dan berbagai membran kehamilan.
Berbagai macam membran
kehamilan berfungsi untuk membantu proses transportasi, respirasi, ekskresi dan
fungsi-fungsi penting lainnya selama embrio hidup dalam uterus. Selain itu,
adanya lapisan-lapisan membran melindungi embrio terhadap tekanan mekanis dari
luar, termasuk kekeringan.
• Sakus vitelinus
Sakus vitelinus
(kantung telur) adalah membran berbentuk kantung yang pertama kali dibentuk
dari perluasan lapisan endoderm (lapisan terdalam pada blastosit). Sakus
vitelinus merupakan tempat pembentukan sel-sel darah dan pembuluh-pembuluh
darah pertama embrio. Sakus vitelinus berinteraksi dengan trofoblas membentuk
korion.
• Korion
Korion merupakan
membran terluar yang tumbuh melingkupi embrio. Korion membentuk vili korion
(jonjot-jonjot) di dalam endometrium. Vili korion berisi pembuluh darah emrbrio
yang berhubungan dengan pembuluh darah ibu yang banyak terdapat di dalam
endometrium uterus. Korion dengan jaringan endometrium uterus membentuk
plasenta, yang merupakan organ pemberi nutrisi bagi embrio.
• Amnion
Amnion merupakan
membran yang langsung melingkupi embrio dalam satu ruang yang berisi cairan
amnion (ketuban). Cairan amnion dihasilkan oleh membran amnion. Cairan amnion
berfungsi untuk menjaga embrio agar dapat bergerak dengan bebas, juga
melindungi embrio dari perubahan suhu yang drastis serta guncangan dari luar.
• Alantois
Alantois merupakan
membran pembentuk tali pusar (ari-ari). Tali pusar menghubungkan embrio dengan
plasenta pada endometrium uterus ibu. Di dalam alantois terdapat pembuluh darah
yang menyalurkan zat-zat makanan dan oksigen dari ibu dan mengeluarkan sisa
metabolisme, seperti karbon dioksida dan urea untuk dibuang oleh ibu.
2. Sel-sel bagian dalam blastosit
Sel-sel bagian dalam
blastosit akan berkembang menjadi bakal embrio (embrioblas). Pada embrioblas
terdapat lapisan jaringan dasar yang terdiri dari lapisan luar (ektoderm) dan
lapisan dalam (endoderm). Permukaan ektoderm melekuk ke dalam sehingga
membentuk lapisan tengah (mesoderm). Selanjutnya, ketiga lapisan tersebut akan
berkembang menjadi berbagai organ (organogenesis) pada minggu ke-4 sampai
minggu ke-8.
Ektoderm akan membentuk
saraf, mata, kulit dan hidung. Mesoderm akan membentuk tulang, otot, jantung,
pembuluh darah, ginjal, limpa dan kelenjar kelamin. Endoderm akan membentuk
organ-organ yang berhubungan langsung dengan sistem pencernaan dan pernapasan.
Selanjutnya, mulai
minggu ke-9 sampai beberapa saat sebelum kelahiran, terjadi penyempurnaan
berbagai organ dan pertumbuhan tubuh yang pesat. Masa ini disebut masa janin
atau masa fetus.
Laktasi
Kelangsungan bayi yang
baru lahir bergantung pada persediaan susu dari ibu. Produksi air susu
(laktasi) berasal dari sepasang kelenjar susu (payudara) ibu. Sebelum
kehamilan, payudara hanya terdiri dari jaringan adiposa (jaringan lemak) serta
suatu sistem berupa kelenjar susu dan saluran-saluran kelenjar (duktus
kelenjar) yang belum berkembang.
Pada masa kehamilan,
pertumbuhan awal kelenjar susu dirancang oleh mammotropin. Mammotropin
merupakan hormon yang dihasilkan dari hipofisis ibu dan plasenta janin. Selain
mammotropin, ada juga sejumlah besar estrogen dan progesteron yang dikeluarkan
oleh plasenta, sehingga sistem saluran-saluran kelenjar payudara tumbuh dan
bercabang. Secara bersamaan kelenjar payudara dan jaringan lemak disekitarnya
juga bertambah besar. Walaupun estrogen dan progesteron penting untuk
perkembangan fisik kelenjar payudara selama kehamilan, pengaruh khusus dari
kedua hormon ini adalah untuk mencegah sekresi dari air susu. Sebaliknya,
hormon prolaktin memiliki efek yang berlawanan, yaitu meningkatkan sekresi air
susu. Hormon ini disekresikan oleh kelenjar hipofisis ibu dan konsentrasinya
dalam darah ibu meningkat dari minggu ke-5 kehamilan sampai kelahiran bayi.
Selain itu, plasenta mensekresi sejumlah besar somatomamotropin korion manusia,
yang juga memiliki sifat laktogenik ringan, sehingga menyokong prolaktin dari
hipofisis ibu.
Menopause
Menopause adalah
berhentinya secara fisiologis siklus
menstruasi yang berkaitan dengan tingkat lanjut usia perempuan. Seorang wanita yang mengalami
menopause alamiah sama sekali tidak
dapat mengetahui apakah saat menstruasi
tertentu benar-benar merupakan menstruasinya yang terakhir sampai satu tahun berlalu. Menopause
kadang-kadang disebut sebagai perubahan
kehidupan. Sekitar 80 persen wanita mulai melompat-lompat menstruasinya. Harsya sekitar 10 persen
wanita berhenti menstruasi sama sekali
tanpa disertai ketidakteraturan siklus
yang berkepanjangan sebelumnya. Dalam suatu kajian yang melibatkan lebih dari 2.700 wanita, kebanyakan
di antara mereka mengalami transisi
pra-menopause yang berlangsung antara
dua hingga delapan tahun. Kecuali jika seseorang mengalami menopause
secara tiba- tiba akibat operasi atau perawatan medis, pra-menopase dapat
dianggap sebagai akhir dari suatu proses yang awalnya dimulai ketika seorang wanita pertama kali mengalami
menstruasi. Periode menstruasi pertama
itu biasanya diikuti dengan lima atau
tujuh tahun siklus yang relatif panjang, tidak teratur dan sering tidak disertai pembentukan sel telur.
Akhirnya pada akhir usia belasan atau
awal dua puluhan, lamanya siklus menjadi
lebih pendek dan lebih teratur ketika wanita mencapai usia subur puncak,
yang berlangsung setama kira-kira dua puluh tahun. Pada usia empat puluhan,
siklus mulai memanjang lagi. Meskipun kebanyakan orang cenderung percaya bahwa
dua puluh delapan hari merupakan panjang
siklus yang normal, penelitian telah
membuktikan bahwa hanya 12,4% wanita benar-benar mempunyai siklus dua puluh delapan hari dan
20% dari semua wanita mengalami siklus tidak teratur.
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PROSES FISIOLOGIS SISTEM REPRODUKSI MANUSIA
Banyak faktor yang
berpengaruh terhadap reproduksi manusia yang dapat dikelompokkan sebagai
berikut
a. Faktor Organobiologik
Reproduksi manusia yang
bersifat biseksual, dipengaruhi oleh faktor organobiologik, baik pada pria
maupun pada wanita. Faktor organobiologik ini mencakup berbagai kelainan
anatomis maupun fungsional dari pada alat tubuh manusia, terutama kelainan alat
dan fungsi reproduksi, yang dapat mengakibatkan kelainan pada kualitas dan
kuantitas reproduksi manusia.
Dalam kelompok faktor
oganobiologik ini, termasuk :
1. Umur manusia.
Diketahui bahwa puncak
kesuburan umumnya berada pada usia sekitar 24 - 25 tahun. Fungsi reproduksi
menurun setelah usia itu.
2. Faktor gizi.
3. Penyakit infeksi, seperti radang
kelenjar parotis pada mulut (gondongan), tuberkulosis, kencing nanah, radang
prostat, kusta, cacar dan sebagainya.
4. Alergi dan gangguan imunologik.
5. Gangguan metabolisme umum, seperti
kencing manis dan sebagainya.
6. Kegagalan ginjal menahun.
7. Kelumpuhan bagian bawah anggota badan
(papaplegia).
8. Kelainan endoktrim pada kelenjar
hipofise otak.
9. Kelainan kromosom.
10. Kelainan letak, misalnya tidak turunnya
buah zakar kedalam kantong zakar.
11. Gangguan persanggamaan seperti impoten
dan sebagainya.
12. Pengaruh dari luar : obat, zat kimia,
radiasi, suhu ling¬kungan sekitar, dan sebagainya.
b. Faktor Psikoedukatif.
Reproduksi manusia juga
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang tergolong psikoedukatif, yaitu faktor
kejiwaan dan pendidikan atau pengetahuan manusia. Kesadaran akan gawatnya
masalah kependudukan suatu negara, merupakan motivasi untuk upaya pentingnya
memelihara kesehatan ibu dan anak serta keluarga, membuat para pasutri
mempraktekkan keluarga berencana. Dalam banyak hal, pendidikan kaum wanita
berpengaruh positif terhadap pengendalian reproduksinya.
c. Faktor Sosiokultural
Faktor yang tergolong
dalam kelompok sosial budaya memberi pengaruh pula terhadap reproduksi manusia.
Pandangan bahwa anak laki-laki lebih berharga daripada wanita, banyak anak
banyak rejeki seringkali menjadi pendorong pemacuan terhadap fungsi reproduksi,
bahkan seringkali dengan melupakan akibat buruk terhadap kesehatan ibu dan
anak.
HORMON-HORMON PADA
SISTEM REPRODUKSI
1. Hormon pada Pria
Proses spermatogenesis
distimulasi oleh sejumlah hormon, yaitu testoteron, LH (Luteinizing Hormone),
FSH (Follicle Stimulating Hormone), estrogen dan hormon pertumbuhan.
a. Testoteron
Testoteron disekresi
oleh sel-sel Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus. Hormon ini
penting bagi tahap pembelahan sel-sel germinal untuk membentuk sperma, terutama
pembelahan meiosis untuk membentuk spermatosit sekunder.
b. LH (Luteinizing Hormone)
LH disekresi oleh
kelenjar hipofisis anterior. LH berfungsi menstimulasi sel-sel Leydig untuk
mensekresi testoteron
c. FSH (Follicle Stimulating Hormone)
FSH juga disekresi oleh
sel-sel kelenjar hipofisis anterior dan berfungsi menstimulasi sel-sel sertoli.
Tanpa stimulasi ini, pengubahan spermatid menjadi sperma (spermiasi) tidak akan
terjadi.
d. Estrogen
Estrogen dibentuk oleh
sel-sel sertoli ketika distimulasi oleh FSH. Sel-sel sertoli juga mensekresi
suatu protein pengikat androgen yang mengikat testoteron dan estrogen serta
membawa keduanya ke dalam cairan pada tubulus seminiferus. Kedua hormon ini
tersedia untuk pematangan sperma.
e. Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan
diperlukan untuk mengatur fungsi metabolisme testis. Hormon pertumbuhan secara
khusus meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis.
2. Hormon pada Wanita
Pada wanita, peran
hormon dalam perkembangan oogenesis dan perkembangan reproduksi jauh lebih
kompleks dibandingkan pada pria. Salah satu peran hormon pada wanita dalam
proses reproduksi adalah dalam siklus menstruasi.
a. Estrogen
Estrogen dihasilkan
oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen tapi yang paling penting untuk
reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna untuk pembentukan ciri-ciri
perkembangan seksual pada wanita yaitu pembentukan payudara, lekuk tubuh,
rambut kemaluan,dll. Estrogen juga berguna pada siklus menstruasi dengan
membentuk ketebalan endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan cerviks
dan vagina sehingga sesuai untuk penetrasi sperma.
b. Progesterone
Hormon ini diproduksi
oleh korpus luteum. Progesterone mempertahankan ketebalan endometrium sehingga
dapat menerima implantasi zygot. Kadar progesterone terus dipertahankan selama
trimester awal kehamilan sampai plasenta dapat membentuk hormon HCG.
c. Gonadotropin Releasing Hormone
GNRH merupakan hormon
yang diproduksi oleh hipotalamus diotak. GNRH akan merangsang pelepasan FSH
(folikl stimulating hormone) di hipofisis. Bila kadar estrogen tinggi, maka
estrogen akan memberikan umpanbalik ke hipotalamus sehingga kadar GNRH akan
menjadi rendah, begitupun sebaliknya.
d. FSH (folikel stimulating hormone) dan
LH (luteinizing Hormone)
Kedua hormon ini
dinamakan gonadotropoin hormon yang diproduksi oleh hipofisis akibat rangsangan
dari GNRH. FSH akan menyebabkan pematangan dari folikel. Dari folikel yang
matang akan dikeluarkan ovum. Kemudian folikel ini akan menjadi korpus luteum
dan dipertahankan untuk waktu tertentu oleh LH.
e. HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)
Mulai diproduksi sejak
usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas (plasenta). Kadarnya makin
meningkat sampai dengan kehamilan 10-12 minggu (sampai sekitar 100.000 mU/ml),
kemudian turun pada trimester kedua (sekitar 1000 mU/ml), kemudian naik kembali
sampai akhir trimester ketiga (sekitar 10.000 mU/ml). Berfungsi meningkatkan
dan mempertahankan fungsi korpus luteum dan produksi hormon-hormon steroid
terutama pada masa-masa kehamilan awal. Mungkin juga memiliki fungsi
imunologik. Deteksi HCG pada darah atau urine dapat dijadikan sebagai tanda
kemungkinan adanya kehamilan (tes Galli Mainini, tes Pack, dsb).
f. LTH (Lactotrophic Hormone) / Prolactin
Diproduksi di hipofisis
anterior, memiliki aktifitas memicu / meningkatkan produksi dan sekresi air
susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium, prolaktin ikut mempengaruhi pematangan
sel telur dan mempengaruhi fungsi korpus luteum. Pada kehamilan, prolaktin juga
diproduksi oleh plasenta (HPL / Human Placental Lactogen). Fungsi laktogenik /
laktotropik prolaktin tampak terutama pada masa laktasi / pascapersalinan.
Prolaktin juga memiliki efek inhibisi terhadap GnRH hipotalamus, sehingga jika
kadarnya berlebihan (hiperprolaktinemia) dapat terjadi gangguan pematangan
follikel, gangguan ovulasi dan gangguan haid berupa amenorhea.
GANGGUAN DAN PENYAKIT PADA SISTEM REPRODUKSI
1. Gangguan menstruasi
Gangguan menstruasi
pada wanita dibedakan menjadi dua jenis, yaitu amenore primer dan amenore
sekunder. Amenore primer adalah tidak terjadinya menstruasi sampai usia 17
tahun dengan atau tanpa perkembangan seksual. Amenore sekunder adalah tidak
terjadinya menstruasi selama 3 – 6 bulan atau lebih pada orang yang tengah
mengalami siklus menstruasi.
2. Kanker genitalia
Kanker genitalia pada
wanita dapat terjadi pada vagina, serviks dan ovarium.
3. Kanker vagina
Kanker vagina tidak
diketahui penyebabnya tetapi kemungkinan terjadi karena iritasi yang
diantaranya disebabkan oleh virus. Pengobatannya antara lain dengan kemoterapi
dan bedah laser.
4. Kanker serviks
Kanker serviks adalah
keadaan dimana sel-sel abnormal tumbuh di seluruh lapisan epitel serviks.
Penanganannya dilakukan dengan mengangkat uterus, oviduk, ovarium, sepertiga
bagian atas vagina dan kelenjar limfe panggul.
5. Kanker ovarium
Kanker ovarium memiliki
gejala yang tidak jelas. Dapat berupa rasa berat pada panggul, perubahan fungsi
saluran pencernaan atau mengalami pendarahan vagina abnormal. Penanganan dapat
dilakukan dengan pembedahan dan kemoterapi.
6. Endometriosis
Endometriosis adalah
keadaan dimana jaringan endometrium terdapat di luar uterus, yaitu dapat tumbuh
di sekitar ovarium, oviduk atau jauh di luar uterus, misalnya di paru-paru.
Gejala endometriosis
berupa nyeri perut, pinggang terasa sakit dan nyeri pada masa menstruasi. Jika
tidak ditangani, endometriosis dapat menyebabkan sulit terjadi kehamilan.
Penanganannya dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan, laparoskopi atau
bedah laser.
7. Infeksi vagina
Gejala awal infeksi
vagina berupa keputihan dan timbul gatal-gatal. Infeksi vagina menyerang wanita
usia produktif. Penyebabnya antara lain akibat hubungan kelamin, terutama bila
suami terkena infeksi, jamur atau bakteri.
8. Hipogonadisme
Hipogonadisme adalah
penurunan fungsi testis yang disebabkan oleh gangguan interaksi hormon, seperti
hormon androgen dan testoteron. Gangguan ini menyebabkan infertilitas,
impotensi dan tidak adanya tanda-tanda kepriaan. Penanganan dapat dilakukan
dengan terapi hormon.
9. Kriptorkidisme
Kriptorkidisme adalah
kegagalan dari satu atau kedua testis untuk turun dari rongga abdomen ke dalam
skrotum pada waktu bayi. Hal tersebut dapat ditangani dengan pemberian hormon
human chorionic gonadotropin untuk merangsang terstoteron. Jika belum turun
juga, dilakukan pembedahan.
10. Uretritis
Uretritis adalah
peradangan uretra dengan gejala rasa gatal pada penis dan sering buang air
kecil. Organisme yang paling sering menyebabkan uretritis adalah Chlamydia
trachomatis, Ureplasma urealyticum atau virus herpes.
11. Prostatitis
Prostatitis adalah
peradangan prostat. Penyebabnya dapat berupa bakteri, seperti Escherichia coli
maupun bukan bakteri.
12. Epididimitis
Epididimitis adalah
infeksi yang sering terjadi pada saluran reproduksi pria. Organisme penyebab
epididimitis adalah E. coli dan Chlamydia.
13. Orkitis
Orkitis adalah
peradangan pada testis yang disebabkan oleh virus parotitis. Jika terjadi pada
pria dewasa dapat menyebabkan infertilitas.
14. Sifilis
Sifilis adalah penyakit
kelamin yang disebabkan oleh bakteri. Tanda-tanda sifilis, antara lain
terjadinya luka pada alat kelamin, rektum, lidah, dan bibir; pembengkakan getah
bening pada bagian paha; bercak-bercak di seluruh tubuh; tulang dan sendi
terasa nyeri ruam pada tubuh, khususnya tangan dan telapak kaki.
Tanda-tanda penyakit
ini dapat hilang, namun bakteri penyebab penyakit tetap masih di dalam tubuh,
setelah beberapa tahun dapat menyerang otak sehingga bisa mengakibatkan
kebutaan dan gila. Penyakit ini dapat disembuhkan jika dilakukan pengobatan
dengan penggunaan antibiotik secara cepat.
15. Gonore (kencing nanah)
Gonore (kencing nanah)
disebabkan oleh bakteri. Gejala dari gonore, antara lain keluarnya cairan
seperti nanah dari saluran kelamin; rasa panas dan sering kencing. Bakteri
penyebab penyakit ini dapat menyebar ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan rasa
nyeri pada persendian dan dapat mengakibatkan kemandulan.
Penyakit ini dapat
disembuhkan jika dilakukan pengobatan dengan penggunaan antibiotik secara
cepat.
16. Herpes Genetalis
Herpes genetalis
disebabkan oleh virus. Virus penyebab penyakit herpes genetalis adalah Herpes
simpleks. Gejala penyakit herpes genetalis, antara lain timbulnya rasa gatal
atau sakit pada daerah kelamin dan adanya luka yang terbuka atau lepuhan
berair.
17. Keputihan (Fluor Albus)
Penyakit yang dialami
perempuan ini disebabkan oleh berbagai parasit, antara lain jamur Candida
albicans, Protozoa dari jenis Trichomonas vaginalis, bakteri, dan virus.
Candida albicans menyukai lingkungan yang mengandung gula dan hangat. Jamur ini
sering ditemukan pada perempuan hamil dan penderita diabetes melitus (kencing
manis).
18. AIDS
AIDS merupakan
singkatan dari Acquired Immttne Deficiency Syndrome (sindrom hilangnya
kekebalan karena bentukan). Penyakit ini disebabkan oleh virus HIV (Human
Immtmodeficiency Virus). Sampai sekarang, penyakit mematikan ini belum ada
obatnya. Orang yang terinfeksi virus HIV tidak langsung menderita AIDS.
Penyakit ini baru terlihat setelah enam bulan sampai lima tahun, bergantung
pada ketahanan tubuh seseorang. Penyakit ini menyerang sel-sel darah putih yang
merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh. Akibatnya, jika terinfeksi kuman
tertentu yang bagi orang biasa tidak membahayakan. penderita AIDS dapat
meninggal. Kita tidak perlu panik menghadapi penyakit ini jika mengetahui cara
penularannya. Tidak seperti influenza yang penularannya melalui udara, penyakit
ini menular melalui cairan tubuh. Menghirup udara
di sekitar penderita
AIDS atau bersalaman dengan penderita AIDS, tidak menyebabkan tertular. AIDS
dapat menular melalui transfusi darah dari penderitaAIDS, melalui jarum suntik
yang pernah dipakai penderita AIDS, dan berhubungan seksual dengan penderita
AIDS. Bayi yang dikandung ibu penderita AIDS kemungkinan juga dapat tertular.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, dkk. 2004.
Biologi Jilid III. Jakarta: Erlangga.
http://www.crayonpedia.org/mw/Sistem_Reproduksi_Dan_Penyakit_Yang_Berhubungan_Dengan_Sistem_Reproduksi_Pada_Manusia_9.1
http://dahlanforum.wordpress.com/2009/08/25/kelainan-dan-penyakit-pada-sistem-reproduksi/
http://dahlanforum.wordpress.com/2009/08/23/organ-reproduksi-pria/
http://mengerjakantugas.blogspot.com/2009/08/organ-reproduksi-wanita.html
http://biologimediacentre.com/sistem-reproduksi-2-reproduksi-pada-manusia/
Nangsari, Nyanyu
Syamsiar. 1988. Pengantar Fisiologi Manusia. Jakarta: Depdikbud.
Pearce, Evelyn C. 2009.
Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia.
Pratiwi, dkk. 2006.
Biologi. Jakarta: Erlangga.
Syaifuddin. 2006.
Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar