SISTEM PEREDARAN DARAH II
A. PENGERTIAN DAN FUNGSI DARAH BAGI
TUBUH MANUSIA
Darah
adalah cairan berwarna merah yang terdapat dalam pembulih darah. Warna merah
pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein)
yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya
molekul-molekul oksigen. Volume darah manusia bagi orang dewasa ± 4,5 liter dan
beratnya kira-kira 1/13 berat badanya.
FUNGSI
DARAH :
o Mengangkut zat makanan dan oksigen ke
seluruh tubuh
o Mengangkut sisa-sisa metabolosme ke
organ yang berfungsi untuk pembuangan
o Mempertahankan tubuh dari serangan
bibit penyakit
o Mengedarkan hormon-hormon untuk
membantu proses fisiologis
o Menjaga stabilitas suhu tubuh
o Menjaga kesetimbangan asam basa
jaringan tubuh untuk menghindari kerusakan
o Mencegah pendarahan
B. KOMPONEN PENYUSUN DARAH MANUSIA
Secara
umum darah digolongkan dalam dua komponen
• Plasma darah(55%)
• Sel-sel darah(45%)
1. PLASMA DARAH (CAIRAN DARAH)
Plasma
darah adalah komponen darah berbentuk cairan berwarna kuning yang menjadi
medium sel-sel darah, dimana sel darah ditutup, yang berbentuk butiran-butiran
darah. Di dalamnya terkandung benang-benang fibrin/fibrinogen yang berguna
untuk menutup luka yang terbuka.
Plasma
darah merupakan komponen terbesar dalam darah, dimana besar volume nya 55% dari
volume darah yang terdiri dari 90% berupa air dan 10% berupa larutan protein,
glukosa, faktor koagulasi, ion mineral, hormon dan karbon dioksida. Karena
dinding kapiler permiabel bagi air dan elektrolit maka plasma darah selalu ada
dalam pertukaran zat dengan cairan interstisial. Dalam waktu 1 menit sekitar
70% cairan plasma bertukaran dengan cairan interstisial.
Fungsi
plasma darah adalah mengangkut sari makanan ke sel-sel serta membawa sisa
pembakaran dari sel ke tempat pembuangan serta menghasilkan zat kekebalan tubuh
terhadap penyakit atau zat antibodi.
Komponen
terbesar dari cairan darah ialah air. Di dalamnya terlarut senyawa-senyawa
kimia, antara lain :
protein: protein yang terlarut dalam
darah antara lain:
fribrinogen: penting untuk pembekuan
darah
albumin: untuk menjaga tekanan osmotik
darah
globulin: untuk membentuk at kebal atau
zat anti, terutama gamaglobulin
Sari-sari makanan
dan garam mineral misallnya Na, K, Ca,
Mg, Cl , HC03-, PO4-
enzim, hormon dan antibodi.
zat-zat sisa metabolisme: urea dan asam
ureat.
gas-gas pernapasan: 02, C02 dan N2.
2. SEL-SEL DARAH
Jumlah
sel-sel darah adalah 45% dari darah. Sel-sel darah terdiri atas tiga macam,
yaitu :
a. Eritrosit (Sel Darah Merah)
Sel
darah merah membawa haemoglobin dalam sirkulasi. Sel darah merah berbentuk
piring atau biconcave. Sel darah merah terdiri dari air (65%), Hb (33%), dan
sisanya terdiri dari sel stroma, lemak, mineral, vitamin, dan bahan organik
lainnya dan ion K (Kusumawati, 2004).
Haemoglobin
merupakan zat padat dalam sel darah merah yang menyebabkan warna merah.
Dibanding sel-sel lain dalam jaringan sel darah merah kurang mengandung air.
Lipid yang terdapat pada sel darah merah ialah stromatin, lipoprotein, dan
eliminin. Beberapa enzim yang terdapat dalam eritrosit antara lain anhidrase
karbohidrat, peptidase, kolinesterase dan enzim pada sistem glikolisis
(Poedjiadi,1994).
Struktur
eritrosit yang berbentuk bikonkaf
b. Leukosit (Sel darah putih)
Leukos
= putih,Kytos = ruang sel
• Terdapat sekitar 5000-10000 butir sel
darah putih untuk setiap mikrometer darah manusia
Fungsi
leukosit :
1) Melawan kuman yang masuk ke dalam tubuh
dengan cara memakannya disebut fagositosis
2) Mengangkut lemak pada pembuluh kil dan
pembuluh lemak
3) Menghasilkan zat kebal terutama
limfosit yang dapat menghasilkan antibody sesuai dengan antigen yang akan
dilawannya.
Macam-macam
leukosit, yaitu:
1. Agranulosit, bila plasmanya tidak
bergranuler. Leukosit agranulosit dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a. Limfosit
• Berbentuk seperti bola dengan ukuran
diameter 6-14 mikron
• Dibentuk di sumsum tulang (janin di
hati)
• Limfosit, tidak dapat bergerak
• berinti satu
• berfungsi untuk membentuk antibodi
Limfosit.lebih
umum dalam sistem limfa. Darah mempunyai tiga jenis limfosit:
*
Sel B: Sel B membuat antibodi yang mengikat patogen lalu menghancurkannya. (Sel
B tidak hanya membuat antibodi yang dapat mengikat patogen, tapi setelah adanya
serangan, beberapa sel B akan mempertahankan kemampuannya dalam menghasilkan
antibodi sebagai layanan sistem ‘memori’.)
*
Sel T: CD4+ (pembantu) Sel T mengkoordinir tanggapan ketahanan (yang bertahan
dalam infeksi HIV) sarta penting untuk menahan bakteri intraseluler. CD8+
(sitotoksik) dapat membunuh sel yang terinfeksi virus.
*
Sel natural killer: Sel pembunuh alami (natural killer, NK) dapat membunuh sel
tubuh yang tidak menunjukkan sinyal bahwa dia tidak boleh dibunuh karena telah
terinfeksi virus atau telah menjadi kanker.
b. Monosit
• Berinti satu
• Berbentuk kepal kuda atau ginjal
dengan ukuran diameter 12-20 mikron
• Bersifat fagosit
• Monosit membagi fungsi “pembersih
vakum” (fagositosis) dari neutrofil, tetapi lebih jauh dia hidup dengan tugas
tambahan: memberikan potongan patogen kepada sel T sehingga patogen tersebut
dapat dihafal dan dibunuh, atau dapat membuat tanggapan antibodi untuk menjaga.
2. Granulosit, bila plasmanya bergranuler.
Leukosit granulosit dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
a. Neutrofil
• Memiliki inti
• Garnula ungu dan merah muda, bersifat
fagosit.
• Berukuran sekitar 8 mikron
• Bersifat fagosit dengan cara masuk
kejaringan yang terinfeksi
• Aktif selama 6-20 jam
• Sel batang.atau Neutrofil berhubungan
dengan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri serta proses peradangan kecil
lainnya, serta biasanya juga yang memberikan tanggapan pertama terhadap infeksi
bakteri; aktivitas dan matinya neutrofil dalam jumlah yang banyak menyebabkan
adanya nanah.
b. Eusinofil
• memiliki inti
• granula berbintik-bintik kemerahan
• Bersifat fagosit lemah
• Berbentuk hampir seperti bola
• Berukuran sekitar 9 mikron
• Eosinofil.terutama berhubungan dengan
infeksi parasit, dengan demikian meningkatnya eosinofil menandakan banyaknya
parasit.
c. Basofil
• Bentuknya bulat atau oval
• Garnula berbintik-bintik biru
• Meninggalkan sistem sirkulasi dan
terakulmulasi dalam cairan interstitial pada tempat infeksi atau peradangan,
melepas toksin yang membunuh mikroorganisme penyusup dan parasit.
• Basofil.terutama bertanggung jawab
untuk memberi reaksi alergi dan antigen dengan jalan mengeluarkan histamin
kimia yang menyebabkan peradangan.
3. Trombosit
• Masa hidupnya 5-9 hari
• Selnya tidak berinti, mudah pecah dan
tidak berwarna
• Bentuk tidak teratur sehingga disebut
keping darah
• Setiap 1mm3 darah mengandung
200.000-300.000 butir trombosit
• Memainkan peran penting dalam
pembekuan darah.
C. MEKANISME PEMBEKUAN DARAH
Mekanisme
pembekuan darah terjadi dalam tiga tahap, yaitu:
1) Apabila jaringan tubuh terluka maka
trombosit yang rusak akan menghasilkan tromboplastin atau trombokinase yang
merupakan activator dari protombin.
2) Trombokinase menyebabkan perubahan
protrombin menjadi thrombin. Perubahan tersebut dipacu oleh ion kalsium.
Protombin berupa senyawa globulin dan selalu dibentuk di hati dengan bantuan
vitamin K. apabila kekurangan vitamin K akan menyebabkan kecepatan pembekuan
darah menjadi menurun.
3) Trombin bekerja sebagai enzim yang
mengubah fibrinogen menjadi benang-benang fibrin. Dengan terbentuknya
benang-benang fibrin yang bertautan menyebabkan sel-sel darah merah dan plasma
terjaring membentuk bekuan.
D. GOLONGAN DARAH
1. System ABO
Karl
Landsteiner, seorang ilmuwan asal Austria yang menemukan 3 dari 4 golongan darah
dalam sistem ABO pada tahun 1900 dengan cara memeriksa golongan darah beberapa
teman sekerjanya. Percobaan sederhana ini pun dilakukan dengan mereaksikan sel
darah merah dengan serum dari para donor. Hasilnya adalah dua macam reaksi
(menjadi dasar antigen A dan B, dikenal dengan golongan darah A dan B) dan satu
macam tanpa reaksi (tidak memiliki antigen, dikenal dengan golongan darah O).
Kesimpulannya ada dua macam antigen A dan B di sel darah merah yang disebut
golongan A dan B, atau sama sekali tidak ada reaksi yang disebut golongan O.
Kemudian Alfred Von Decastello dan Adriano Sturli yang masih kolega dari
Landsteiner menemukan golongan darah AB pada tahun 1901. Pada golongan darah
AB, kedua antigen A dan B ditemukan secara bersamaan pada sel darah merah
sedangkan pada serum tidak ditemukan antibodi.
Dalam
sistem ABO, golongan darah dibagi menjadi 4 golongan:
Golongan
darah O disebut donor universal karena dapat mendonorkan darah kepada semua
orang dengan golongan darah lain. Golongan darah AB disebut resipien universal
karena dapat menerima darah dari golongan darah A, B, AB, dan O. Donor adalah
orang yang memberi darah, sedangkan resipien adalah orang yang menerima darah.
• Aglutinogen merupakan senyawa protein darah yang terdapat
pada sel-sel darah merah dan berfungsi sebagai antigen. Ada 2 macam
aglutinogen, yaitu aglutinogen A dan aglutinogen B.
• Aglutinin adalah suatu protein yang
terdapat dalam plasma darah. Berfungsi antibody
2. Rhesus Faktor
Rh
atau Rhesus (juga biasa disebut Rhesus Faktor) pertama sekali ditemukan pada
tahun 1940 oleh Landsteiner dan Weiner. Dinamakan rhesus karena dalam riset
digunakan darah kera rhesus (Macaca mulatta), salah satu spesies kera yang
paling banyak dijumpai di India dan Cina. Pada sistem ABO, yang menentukan
golongan darah adalah antigen A dan B, sedangkan pada Rh faktor, golongan darah
ditentukan adalah antigen Rh (dikenal juga sebagai antigen D).
Berdasarkan
ada tidaknya antigen-Rh, maka golongan darah manusia dibedakan atas dua
kelompok, yaitu :
1. Orang Rh-positif (Rh+), berarti
darahnya memiliki antigen-Rh yang ditunjukkan dengan reaksi positif atau
terjadi penggumpalan eritrosit pada waktu dilakukan tes dengan anti-Rh
(antibodi Rh).
2. Orang Rh-negatif (Rh-), berarti
darahnya tidak memiliki antigen-Rh yang ditunjukkan dengan reaksi negatif atau
tidak terjadi penggumpalan saat dilakukan tes dengan anti-Rh (antibodi Rh).
Peranan
Faktor Rh dalam Klinik
Suryo
(1994: 362-368) menyatakan bahwa faktor Rh dalam darah seseorang mempunyai arti
penting dalam klinik. Orang yang serum dan plasma darahnya tidak mempunyai
anti-Rh dapat distimulir (dipacu) untuk membentuk anti-Rh. Pembentukan anti-Rh
ini dapat melalui jalan :
1. Transfusi Darah. Contoh kasus ini
misalnya pada seorang perempuan Rh- yang kerena sesuatu hal harus ditolong
dengan transfusi darah. Darah donor kebetulan Rh+, berarti mengandung
antigen-Rh. Antigen-Rh ini akan dipandang sebagai protein asing sehingga perempuan
itu akan distimulir membentuk anti-Rh. Serum darah perempuan yang semula bersih
dari anti-Rh akan mengandung anti-Rh. Anti-Rh akan terus bertambah jika
transfusi dilakukan lebih dari sekali. Anti-Rh akan membuat darah yang
mengandung antigen-Rh menjadi menggumpal sehingga perempuan Rh- tersebut tidak
bisa menerima darah dari orang Rh+. Orang Rh- harus selalu ditransfusi dengan
darah Rh-. Seseorang yang akan melakukan transfusi sebaiknya selain memeriksa
golongan darah dengan sistem ABO juga harus memeriksakan faktor Rhnya.
2. Perkawinan. Kasus ini bisa terjadi
misalnya seorang perempuan Rh- (genotip rr) menikah dengan laki-laki Rh+
(bergenotip homozigotik RR) dan perempuan tersebut hamil. Janin dari pasangan
ini tentunya akan bergolongan darah Rh+ (genotip Rr) yang diwarisi dari
ayahnya. Sebagian kecil darah janin yang mengandung antigen-Rh tersebut akan
menembus plasenta dan masuk kedalam tubuh ibunya. Serum dan plasma darah ibu
distimulir untuk membentuk anti-Rh sehingga darah ibu yang mengalir kembali ke
janin mengandung anti-Rh. Anti-Rh ini akan merusak sel darah merah janin yang
mengandung antigen-Rh sehingga janin akan mengalami hemolisis eritrosit.
Hemolisis eritrosit akan menghasilkan bilirubin indirek yang bersifat tidak
larut air tetapi larut lemak dan tentunya akan meningkatkan kadar bilirubin
darah janin. Peningkatan ini dapat menyebabkan ikterus patologis yaitu suatu
keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai
potensi menimbulkan kern ikterus bila tidak segera ditangani. Kern ikterus
merupakan suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak
terutama pada korpus striatum, talamus, nukleus sub talamus, hipokampus,
nukleus merah dan nukleus pada dasar ventrikulus IV. Bayi yang mengalami kern
ikterus biasanya mengalami kuning disekujur tubuhnya (Mula Tarigan, 2003: 1-2).
Ada 2 kemungkinan bagi janin yang mengalami ketidakcocokan Rh ini, yaitu : Bayi
pertama bisa selamat karena anti-Rh yang dibentuk oleh ibu itu masih sedikit
sedangkan bayi pada kehamilan kedua bisa meninggal jika anemia berat. Penyakit
seperti ini dikenal dengan nama eritoblastosis fetalis. Kejadian ini akan
terulang pada waktu ibu hamil berikutnya (Campbell, dkk, 2004: 91). Bayi dapat
juga hidup, tetapi biasanya akan mengalami cacat, lumpuh, dan retardasi mental.
3. Golongan Darah MN
Penggolongan
darah pada manusia maupun hewan selain dengan sistem ABO, juga dapat
digolongkan berdasarkan sistem MN. Hal ini didasarkan pada hasil penemuan
antigen baru oleh K. Landsteiner dan P. Levine pada tahun 1927 pada eritrosit.
Antigen ini oleh Landsteiner dan Levin diberi nama antigen M dan antigen N.
Sama halnya dengan sistem ABO, apabila di dalam eritrosit terdapat antigen M
maka golongan darah disebut golongan darah M, apabila di dalam eritrosit terdapat antigen N maka golongan darah
disebut golongan darah N, dan apabila memiliki kedua antigen tersebut (MN) maka
sobat bergolongan darah MN.
E. GANGGUAN PADA SISTEM PEREDARAN DARAH
Dari
berbagai macam penyakit yang mengganggu sister peredaran darah kita, dapatlah
dikelompokan menjadi 2, yaitu:
1. Kelainan pada darah, antara lain: anemia,
thalasemia, leukimia, dan hemofilia.
2. Kelainan pada pembuluh darah dan jantung,
antara lain: varises,jantung koroner,hemeroid, embolus dan thrombus.
1. ANEMIA
Anemia
sering disebut sebagai penyakit kurang darah. pengertian tersebut sebenarnya
kurang tepat, sebab anemia ditemui juga pada seseorang yang mempunyai jumlah
sel darah merah normal, namun ternyata jumlah hemoglobin dalam setiap sel darah
merahnya kurang. Jadi, anemia sebenarnya adalah penyakit akibat kekurangan
hemoglobin di dalam darah.
Penyebab
anemia dapat dikarenakan oleh beberapa faktor, seperti kurangnya kandungan
hemoglobin dalam eritrosit, kurangnya jumlah eritrosit dalam darah, dan atau
kurangnya volume darah dari volume normal. Kekurangan hemoglobin ini
menyebabkan kemampuan darah mengikat oksigen menjadi rendah .
Gb.10. perbedaan jumlah eritrosit dalam
darah antara orang sehat (kiri) dengan
orang penderita anemia (kanan)
Anemia
juga dapat terjadi jika tubuh seseorang terluka dan mengeluarkan banyak darah,
misalnya skibat kecelakaan. Kekurangan darah ini dapat diatasi dengan transfusi
darah. Anemia juga dapat terjadi karena kekurangan ion besi, atau kekurangan
vitamin B12 (yang membantu pematangan sel darah merah), anemia ini disebut
anemia pernisiosa. Anemia jenis ini dapat diatasi dengan pemberian vitamin B12
atau mengkonsumsi makanan sumber zat besi.
Ada
jenis anemia yang bersipat genetis dan mematikan, yaitu thalasemia dan sickle cell anemia (anemia sel
sabit). Apakah perbedaan antara keduanya? Thalasemia disebabkan kegagalan
pembentukan hemoglobin akibat kerusakan gen globin. Sedangkan anemia sel sabit
disebabkan adanya eritrisit yang berbentuk bulan sabit.
Anemia
pada ibu hamil dan menyusui dapat diatasi atau dicegah dengan mengkonsumsi
makanan sumber zat besi dan vitamin B12, seperti susu, telur, hati ayam dan
hati sapi.
2. THALASEMIA
Thalasemia
adalah penyakit anemia hemolitik atau kondisi kelainan genetika dimana tubuh
tidak mampu memproduksi globin, suatu protein pembentuk hemoglobin. Kalaupun
penderita thalasemia mampu memproduksi eritrosit, biasanya usia sel darahnya
lebih singkat dan lebih rapuh atau lebih mudah rusak. Penyakit ini bersipat
genetis, artinya diturunkan dari kedua orang tua kepada anak-anaknya,secara
resesif.
Gb.11. kondisi eritrosit pada orang
sehat (kiri) dan Pada penderita thalasemia (kanan).
Secara
klinis thalasemia dibedakan menjadi 3 tingkatan sesuai beratnya gejala klinis, yaitu
thalasemai mayor, thalasemia intermedia, thalasemia minor atau troit (pembawa
sifat). Batas di antara tingkatan tersebut sering kurang jelas. Namun gejala
dari ketiga tingkatan thalasemia tersebut dapat diperkirakan.yaitu sebagai
berikut:
Thalasemia
mayor (Thalasemia homozigot)
Penderita
thalasemia ini mengalami anemia berat, mulai umur 3-6 bulan setelah lahir dan
tidak dapat hidup tanpa di tranfusi. Ini dapat berakibat fatal, karena efek
samping dari tranfusi darah yang terus menerus yaitu berupa kelebihan zat desi
(Fe). Hati dan limpa mengalami pembesaran akibat penangkapan dan penghancuran
sel darah merah yang rusak secara berlebihan. Bahkan limpa yang membesar
tersebut dapat menghancurkan sel darah merah yang belum rusak.
Salah
satu ciri fisik dari penderita thalasemia adalah kelainan tulang yang berupa
tulang pipi masuk ke dalam dan batang hidung menonjol(disebut gacies cooley),
penonjolan dahi dan jarak kedua mata menjadi lebih jauh, serta tulang menjadi
lemah dan keropos. Pertumbuhan gigi pun biasanya buruk. Gejala lain yang tampak
ialah anak lemah, pucat, perkembangan fisik tidak sesuai umur atau berat badan
kurang. Dan perut membuncit. Jika penderita tidak sering mendapat tranfusi
darah, kulit akan menjadi kelabu serupa dengan besi akibat penimbunan besi dalam jarinagn kulit.
Gb.12. penderita thalasemia
mayor.
Thalasemia
intermedia. Penderita thalasemia tingkat ini kedaan klinisnya lebih baik atau
gejalanya lebih ringan dibandingkan dengan penderita thalasemia mayor. Gejala
anemia tergolong sedang. Gejala perubahan bentuk wajah seperti pada thalesemia
mayor dan gambaran kelebiahan beban besi, baru nampak pada masa dewasa.
Thalasemia
minor atau troit (pembawa sifat).
Penderita
thalasemia ini umumnya tidak memiliki gejala klinis yang khas, hanya ditandai
oleh anemia mikrositin atau anemia ringan.
Dapatkah
thalasemia dicegah atau diobati?
Untuk
mencegah terjadinya thalasemia pada keturunan atau anak, pasangan wanita dan
pria yang akan menikah perlu menjalani tes darah, baik untuk melihat nilai
hemoglobinnya maupun melihat profil sel darah merah dalam tubuhnya.
Peluang
untuk sembuh dari thalasemia memang masih tergolong kecil karena dipengaruhi
kondisi fisik, ketersediaan darah donor dan biaya. Untuk bisa bertahan hidup,
penderita thalasemia memerlukan perawatan yang rutin, seperti melakukan
tranfusi darah teratur untuk menjaga agar kadar Hb di dalam tubuhnya normal
yaitu 12gr/dL (gram per desiliter), dan
menjalani pemeriksaan ferritin serum untuk memantau kadar zat besi di dalam
tubuh.
Penderita
thalasemia juga diharuskan menghindari makanan yang diasinkan atau diasamkan
dan produk fermentasi. Karena makanan tersebut dapat meningkatkan penyerapan
zat besi di dalam tubuh. Salah satu cara untuk mengobati thalasemia adalah
dengan transflantasisumsum tulang dan teknologi sel punca (stem cell). Pada
tahun 2009, seorang penderita thalasemia dari india berhasil sembuh setelah
memperoleh ekstrak sel punca dari adiknya yang baru lahir.
3. LEUKIMIA (KANKER DARAH)
Leukimia
(kanker darah) adalah gangguan pada sistem peredaran darah dimana jumlah sel
darah putih (leukosit) jauh diatas jumlah normal, akibat pembelahan sel
leukosit yang tak terkendali. Disamping itu, sel darah puti akan menjadi
‘ganas’ karena memakan sel-sel darah merah (eritrosit), sehingga orang tersebut
menjadi anemia berat.
Gb.13.
fotomikrograf sel kanker penyebab
leukimia
Penderita
leukimia menunjukan gejala seperti mudah terkena penyakit infeksi, anemia dan
pendarahan. Ada 2 tingkatan leukimia, yaitu leukimia akut dan leukimia kronis.
Perbedaan di antara keduanya adalah; pada leukimia akut di tandai oleh suatu
‘perjalanan’ penyakit yang sangat cepat, memburuk, dan mematikan. Apabila
penderita penyakit ini tidak segera mendapat perawatan atau di obati, maka
dapat menyebabkan kematian dalam hitungan minggu atau hari.
Sedangkan
pada leukimia kronis ditandai dengan suatu ‘perjalanan’ penyakit yang tidak
begitu cepat, sehingga memiliki harapan hidup yang lebih lama, hingga lebih
dari satu tahun. Leukimia dibedakan menjadi 2 jenis berdasarkan jenis selnya
yaitu leukimia limfositik, dan leukimia mielositik. Apabila pada saat
pemeriksaan diketahui leukimia mempengaruhi limfosit atau sel limfoid maka maka
disebut leukimia limfositik. Sedangkan apabila leukimia mempengaruhi sel
mieloid seperti neutrofil, basofil, dan eosinofil maka disebut leukimia
mielositik.
Gb.14.sel kanker: (a)leukimia
limfositik,(b) leukimia mielositik.
4. HEMOFILIA
Hemofilia
adalah penyakit pada darah dimana darah sulit membeku. Luka yang sedikit saja
dapat menyebabkan darah akan mengucur terus sehingga penderita dapat mengalami
kekurangan darah, bahkan dapat menyebabkan kematian. Penyak ini bersifat
menurun, diwariskan oleh orang tua kepada keturunannya. Kaum pria lebih besar kemungkinan
mendapat warisan penyakit ini karena gen hemofilia menampakkan pengruhnya pada
laki-laki. Sebaliknya, hemofilia bersifat mematikan sehingga anak perempuan
penderita akan mati sebelum dewasa. Karena menurun penyakit ini tidak bisa
disembuhkan. Untuk mencegahnya, hindari perkawinan dengan orang yang memiliki
hubungan kekerabatan yang dekat dengan penderita hemofilia.
5. VARISES
Varises
adalah pelebaran pembuluh darah balik (vena) sehingga tampak membesar.
Penyebab
varises:
1) Berkurangnya elastisitas dinding pembuluh
vena yang menyebabkan pembuluh vena melemah dan tak sanggup mengalirkan darah
ke jantung sebagai mana mestinya. Aliran darah dari kaki ke jantung sangat
melawan gravitasi bumi, karena itu pembuluh darah harus kuat, begitu juga dengan
dinamisasi otot disekitarnya.
2) Rusaknya katup pembuluh vena, kita ketahui
bahwa katup atau klep ini bertugas menahan darah yang mengalir ke jantung agar
tidak keluar kembali. Katup yang rusak membuat darah bekumpul di dalam dan
menyebabkan gumpalan yang mengganggu aliran darah.
Pemicu
varises antara lain adalah faktor keturunan, kehamilan, kurang gerak, merokok,
terlalu banyak berdiri, menderita kolesrterol tinggi dan kencin manis, juga
karena sering memakai sepatu hak tinggi. Karenanya, agar seseorang dapat
terhindar dari varises atau meminimalkan resiko timbulnya varises, maka
tinggalkan kebiasaan hidup yang memicu timbulnya varises. Misalnya dengan rutin
berolahraga, mengkonsumsi makanan yang sehat, tidak merokok, dan atau
meliruskan posisi kaki saat duduk. Gejala terjadinya varises:
•
Mula-mula kaki dan tungkai terasa berat, di ikuti otot yang mudah pegal, kaki
panas, dan sakit seputar kaki maupun tungkai. Biasanya rasa sakit dirasakan
menjelang malam, akibat tidak lancarnya aliran darah.
•
Mudah kram, meski kaki dalam kondisi santai.
•
Muncul pelebaran pembuluh darah rambut yang mirip jaring laba-laba (spider
navy).
•
Kaki bengkak (oedema) karena adanya pembendungan darah.
•
Perubahan pada pembuluh vena luar, misalnya di betis bagian belakang tampak
urat kebiru-biruan dan berbelok-belok. Keadaan ini merupakan gejala varises
kronis.
Gambar 15.varises pada pembuluh
balik (Vena) kaki
6. JANTUNG KORONER
Penyakit
jantung koroner pada mulanya disebabkan oleh penumpukan lemak pada dinding
bagian dalam dari pembuluh darah jantung (pembuluh koroner). Hal inilama
kelamaan diikuti oleh berbagai prose4s antara lain seperti penimbunan jaringan
ikat, perkapuran dan pembekuan darah pada dinding pembuluh jantung tersebut,
yang semua itu akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah. menyenpitnya
pembuluh darah jantung ini tentu dapat mengakibatkan otot jantung di daerah
tersebut mengalami kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan angina
pektoris (nyeri dada) atau bahkan hingga infark jantung ( serangan jantung)
yang dapat menyebabkan kematian mendadak.
Adapun
beberapa faktor penyebab penyakit jantung koroner adalah: tekanan darah tinggi
(hipertensi), kadar kolesterol (LDL) tinggi sedangkan kolesterol HDL rendah,
merokok, diabetes melitus, kegemukan (obesitas), faktor keturunan, kurang olah
raga, dan stres.
Apabila
terdapat dua atau lebih faktor penyebab tersebut pada diri seseorang, maka akan
berlipat kali pula resiko terkena penyakit jantung koroner.
Gb.17. potongan melintang pembuluh arteri yang (a)
normal, dan yang (b) menyempit karena timbunan kolesterol.
7. Hemeroid (ambeien/Wasir)
Hemoroid adalah suatu penyakit yang terjadi pada anus
di mana bibir anus mengalami bengkak yang kadang disertai pendarahan. Penderita
hemoroid umumnya sulit untuk duduk dan buang air besar karena terasa sakit
apabila bibir anus atau sphinchter anus mendapat tekanan.
Keadaan
Anus Penderita Hemoroid
Sumber:
http://hidupsehatbugar.blogspot.com/2010_01_01_archive.html
8. Embolus
Embolus
adalah tersumbatnya pembuluh darah karena benda benda asing yang tersangkut
pada suatu tempat dalam sirkulasi darah. 95% embolus berasal dari trombus.
Proses terbentuknya embolus disebut embolism. Jenis Embolus dapat berupa:
1) benda padat yang berasal dari
trombus, seperti: kelompok sel tumor, kelompok bakteri, jaringan; 2) benda cair
dapat seperti:lemak dan cairan amnion; 3) benda gas seperti: gas nitrogen dan carbon dioksida.
Skema Embolus:
Sumber:
http://aviationknowledge.wikidot.com/aviation:in-flight-health-deep-vein-thrombosis
9. Trombus
Trombus
adalah tersumbatnya pembuluh darah karena benda yang tersusun dari unsur-unsur
(elemen) darah di dalam pembuluh darah atau jantung sewaktu masih hidup.
Unsur-unsur darah ini antara lain: trombosit, fibrin, eritrosit, dan
leukosit. Pembentukan trombus dimulai
dengan melekatnya trombosit pada permukaan endotel pembuluh darah atau jantung.
Darah yang mengalir menyebabkan makin banyak trombosit tertimbun pada daerah
tersebut sehingga akhirnya menyebabkan terjadinya penyumbatan.
Trombus
Sumber:
http://www.diva.sk/zdravie/zdravotne-problemy/nehoda-nie-je-jedinou-hrozbou-na-cestach/
Menjaga
Kesehatan Alat Peredaran Darah
Menjaga
kesehatan alat peredaran darah dapat dilakukan dengan berolahraga secara
teratur. Berolahraga dapat membantu melancarkan peredaran darah. Berolahraga
sebaiknya diawali dengan pemanasan. Pemanasan membuat kecepatan denyut jantung
bertambah secara bertahap. Menjaga kesehatan alat peredaran darah juga dapat
dilakukan dengan menjaga kebiasaan makan sehari-hari. Makanan berlemak tinggi
tidak baik bagi kesehatan jantung. Kandungan lemak yang berlebihan dalam tubuh
dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah.
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell,
N.A., J.B. Reece,dan L.G. Mitchell. (2002) Biologi Jilid I. Terjemahan: Rahayu
Lestari,dkk. Jakarta: Erlangga.
Poedjiadi,
Anna.1994. Dasar dasar biokimia. Indonesia University Press. Jakarta
Winatasasmita,
Djamhur.1986. Fisiologi Hewan dan Tumbuhan. Jakarta : UT
http://www.budisma.web.id/2011/06/13/proses-mekanisme-pembekuan-darah-trombosit/
http://tedbio.multiply.com/journal/item/19?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
http://hidupsehatbugar.blogspot.com/2010_01_01_archive.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar