Selasa, 10 April 2012

TIPE VEGETASI DAERAH TROPIS DAN DAERAH SEKITARNYA


TIPE VEGETASI DAERAH TROPIS DAN DAERAH SEKITARNYA

Daerah tropik merupakan daeeah di sepanjang garis khatulistiwa 23,5° LU – 23,5° LS, beriklim panas dan matahari bersinar sepanjang tahun. Perubahan suhu antara Januari-Desember sangat sedikit. Curah hujan sangat tinggi, merata 200-225 cm/tahun.

1. Hutan tropika basah
Tipe vegetasi ini merupakan formasi yang terdapat atau tersebar di daerah katulistiwa dan merupakan tipe vegetasi yang paling lebat dari semua tipe vegetasi yang ada. Vegetasi ini didukung oleh iklim tropis. Daerah Indonesia dari selatan dan ke timur yaitu Sumatera bagian timur, Kalimantan, Jabar, Sulawesi Tengah dan Irian.
Ciri- ciri hutan tropika tropis yaitu:
1) Daerah yang ditempati hutan tropika ini biasanya mempunyai topografi agak rata sampai bergelombang serta pada lereng-lereng gunung sampai ketinggian ± 1000 m. 
2) Hujan tahunan rata-rata 2000 – 4000 mm dengan suhu ± 25° – 26° C.
3) Kelembapan rata-rata sekitar 80%.
4) Kaya akan berbagai spesies.
5) Di dalam hutan tropika basah ini berkembang subur serangga, burung dan binatang – binatang seperti monyet, ular dan lain-lain.

Tumbuhan utama penyusun hutan tropika basah biasanya terdiri atas tujuh kelompok yaitu :
a) Pohon-pohon hutan 
-Lapisan paling atas (tingkat-A)
Pohon-pohon ini merupakan komponen structural utama. Yang disebut ”atap” atau ”tajuk” (”canopy”) yang terdiri atas tiga ”tingkat” atap (tajuk) dengan tingkat tertinggi (A) sering agak berjauhan dan agak jarang. Terdiri dari pohon-pohon sringgi 30-45 m. Pepohonan yang muncul keluar ini mencuat tinggi di atas sudut hutan, bertajuk lebar dan umumnya tersebar sedemikian rupa shingga tidak saling bersentuhan membentuk lapisan yang bersinambung. Bentuk khas tajuknya sering dipakai untuk mengenali speseies itu dalam suatu wilayah. Pepohonan yang mencuat itu seing berakar agak dangkal dan banir.
-Lapisan pepohonan kedua (tingkat-B)
Tingkat kedua (B) membentuk massa dengan ketinggian antara 15 – 30 m. Pepohonan ini tumbuh lebih berdekatan dan cenderung membentuk sudut yang bersinambung. Tajuk sering membulat atau memanjang dan tidak selebar seperti pohon yang mencuat.
-Lapisan pepohonan ketiga (tingkat C)
Kemudian pohon-pohon yang lebih pendek membentuk tingkat tiga (C); pada umumnya tingginya antara 5 – 15 m. Daun-daun umumnya berukuran sedang dan luas 2000 – 18000 mm2 Daun tersebut, biasanya tunggal, kaku berwana hijau tua dengan permukaan mengkilat. Pembuangan, pembuahan dan pergantian daun dapat kapan saja terjadi dalam setahun, sebab setiap jenis tumbuhan cenderung mempunyai waktunya sendiri-sendiri dalam hal berbunga, berbuah serta bertunas. Pepohonan disini sering mempunyai bentuk yang agak beraneka tetapi cenderung membentuk lapisan yang rapat, terutama di tempat yang lapisan keduanya tidak demikian.
Ketiga lapisan pohon ini juga juga bergabung dengan berbagai populasi epifit, perambat, dan parasit terutama bergantung pada kebutuhan cahaya dari tumbuhan yang bersangkutan.


b) Terna
”Terna” merupakan vegetasi yang lebih rendah yang terdiri dari berbagai jenis dan berkembang dibawah pohon-pohon yang lembab. Seperti paku-pakuan dan sejenisnya yang merupakan lapisan semak-semak . Biasanya tummbuhan golongan terna ini, tidak dapat berkembang dengan sempurna karena kekurangan cahaya. Tumbuhan terna ini lebih berkembang pada lereng-lereng karena kemungkinan lebih banyak mendapat cahaya matahari.
c) Tumbuhan pemanjat
Tumbuhan ini berkayu yang memanjat disebut ”liana”, tumbuhan ini dapat mencapai panjang 200 m memanjat dari pohon yang satu ke pohon yang lain. Ada juga jenis lain yang berduri sebagai alat untuk mencekal (mencengkram) pohon yang dipanjat seperti tumbuhan rotan.
Liana terdapat paling melimpah di tempat-tempat yang hutannya telah mengalami gangguan, seperti sepanjang tepi pantai. 
d) Epifit
Tumbuhan ini tumbuh melekat pada batang, cabang dan bahkan pada daun-daun. Epifit pada umumnya tidak menimbulkan pengaruh buruk pada tumbuhan inang yang tumpanginya. Kehadiran epifit pada hutan ini merupakan ciri-ciri yang membedakan hutan tropika basah dari pada komunitas hutan didaerah hutan sedang. Tumbuhan  epifit itu seperti misalnya anggrek, paku epifit, lumut-lumut pohon dan lain-lain. 
Epifit dalam hutan tropika basah dapat dibedakan dalam tiga tipe utama, sesuai dengan mikrohabitat yang berbeda-beda, yaitu
1) Epifita yan bersifat ekstrim xerofil
Hidup pada bagian paling ujung cabang-cabang dan ranting pohon yang lebih besar (inangnya) seperti beberapa jenis suku Bromeliaceae yang cukup menarik perhatian dan juga jenis kaktus.


2) Epifita matahari
Biasanya bersifat xeromorfik dan terutama terdapat pada bagian tengah tajuk inangnya dan sepanjang dahan-dahan yang lebih besar pada pohon-pohon penyusun tingkat teratas.
3) Epifita naungan
Terutama ditemukan pada batang dan dahan pohon-pohon dari lapisan C atau pada batang liana yang lebih besar.

e) Pencekik pohon
Tumbuhan ini, memulai kehidupannya sebagai epifit, kemudian mengirim akarnya tumbuh turun ke tanah, menyebabkan tidak lagi bergantung pada tumbuhan inangnya, tumbuhannya seperti ”ficus”.

f) Saprofit
Tumbuhan ini, mendapatkan zat haranya dari bahan organik yang mati, merupakan komponen heterotrop yang tidak berwarna hijau seperti cendawan, bunga raflesia mahillana. Bunga Raflesia ini tidak mempunyai daun atau batang, juga tanpa klorofil. Bunga langsung tumbuh dari akar inangnya. Bunga ini terkenal dengan nama bunga bangkai yang terdapat di Lampung—Sumatera. Tumbuhan Raflesia ini termasuk ”endemik” yaitu tumbuhan yang daerah agihannya hanya terbatas pada daerah terbatas atau pulau tertentu.

g) Parasit
Tumbuhan ini seperti benalu (loranthaceae) yang terdiri atas sejumlah besar jenis-jenis dan kadang-kadang terdapat dalam jumlah yang banyak diseluruh wilayah hutan tropika basah. Benalu ini merupakan semak berkayu terdapat dan tumbuh pada cabang-cabang pohon, yang dapat merugikan petani buah-buahan pohon keras.

2. Hutan tropika dengan irama musim
Pada umumnya vegetasi ini tumbuh di daerah dengan adanya irama musim, dan  bervariasi dalam formasi tumbuhan. Tumbuhan didaerah ini sebenarnya meliputi wilayah yang lebih luas. Hutan disini dapat diklasifikasikan menurut ketersediaan air yaitu : 
1)Hutan musim
Memiliki karakteristik seperti:
a. Hutan ini biasanya berkembang dengan adanya pergantian musim (musim kemarau dan hujan). 
b. Curah hujan biasanya lebih sedikit bila dibandingkan hutan tropika basah. Yaitu antara 100 – 200 cm setiap tahun. 
c. Hutan musim ini daerah persebarannya seperti di India, Birma, Indonesia dan juga terdapat pada tepi-tepi hutan tropika basah di Afrika, Malagasi, Indonesia khususnya Jawa Tengah dan Timur, Bali, Sulawesi Tenggara.
d. Vegetasinya tidak terlalu lebat. Hutan musim cenderung lebih terbuka, dengan pohon-pohon penyusunnya lebih berjauhan, sehingga cahaya dapat sampai ke tanah, biasanya hutan ini akan meranggas (menggugurkan daunnya) pada musim kemarau.
e. Vegetasi pada bagian bawah lebih subur dibanding dengan vegetasi bawah hutan tropika basah karena adanya sinar. Pada umumnya terdiri dari semak belukar, tumbuhan berumbi lapis dan semak-semak umumnya berbunga pada permulaan musim hujan. Dalam hutan ini biasanya terdiri dari 40 sampai 50 jenis pohon.

2) Lahan hutan sabana atau bentang lahan taman (Park land)
Memiliki karakteristik, seperti:
a. Hutan ini diketemukan di daerah-daerah yang musim kemarau lebih panjang dengan curah hujan tahunan lebih rendah dari pada didaerah hutan musim. 
b. Pohon-pohon tumbuhnya berjauhan kecuali didaerah aliran sungai. Tumbuhan ini adalah tumbuhan yang tahan terhadap kekurangan air. Pada musim kemarau, juga sering meranggas. 
c. Vegetasi hutan sabana tampaknya seperti taman, sebab kaya akan padang rumput yang diselingi pohon-pohon sehingga banyak binatang (hewan) pemakan rumput. Jarang sekali dijumpai tumbuhan liana dan epifita dikawasan hutan ini. Lahan hutan sabana di Indonesia ditemukan di wilayah Nusa Tenggara Barat dan Timur, sebagian sempit wilayah Sulawesi Tenggara. Hutan sabana ini juga dapat muncul / terjadi pada daerah yang berhutan kemudian dirusak oleh manusia (dibakar).

3) Lahan hutan berduri
Mempunyai ciri- ciri, yaitu:
a. Iklim yang mempunyai musim kering yang panjang dan musim hujan lebat yang rendah dan singkat, dengan suhu tinggi sepanjang tahun 15 – 35° c dan presipitasi 40 – 90 cm/thn. 
b. Hutan berduri ini di daerah tropika biasanya bersifdat meranggas. Akar tumbuhan ini masuk tanah cukup dalam untuk mendapat air. Semak-semak berduri ini mencapai ketinggian 3 – 5 meter. Di wilayah Indonesia hutan berduri hanya dijumpai sedikit di wilayah Indonesia Timur seperti Nusa Tenggara Timur yang tanahnya terdiri dari kapur atau pasir dengan hujan yang sedikit dan jauh dari daerah aliran sungai (DAS).

4) Sabana dan lahan rumput lain didaerah tropika dan subtropika
Daerah sabana terdiri dari kayu yang tinggi dengan kondisi curah hujan ± 100 Cm / th dan terbagi selama 120 – 190 hari dengan kekeringan selama 6 -7 bulan. Sabana tampak sebagai taman, dimana daerah aliran sungai lebih banyak ditumbuhi pohon-pohon. Rumput tingginya berkisar antara 1 – 3 meter. Pohon–pohon yang ada biasanya tidak dijumpai seperti hutan dan umumnya banyak dijumpai dari jenis palma pohon-pohon khas dari jenis akasia. 

3. Hutan bakau (mangrove) dan vegetasi lain di tepi pantai daerah tropis
Tipe vegetasi ini mempunyai karakteristik tersendiri dan tersebar luas didaerah tropis dan subtropis yang disebut hutan bakau atau hutan mangrove (”mangrove forest” atau mangrove swamp forest”). Vegetasi ini tumbuh dan berkembang pada sepanjang pantai aluvial (tempat bermuara sungai-sungai) dan teluk-teluk. 
Hutan ini di Indonesia hampir didapati diseluruh pantai kecuali pantai-pantai curam. Misalnya pantai utara Jawa, pantai timur Sumatera, pantai Kalimantan dan Pantai selatan Irian. Hutan bakau di Indonesia sudah banyak yang rusak utamanya di pulau jawa. Hal ini menyebabkan terjadinya erosi (abrasi) pantai. 
Ciri hutan ini banyak dijumpai pohon- pohon seperti:
a. Pohon bakau banyak mempunyai akar tunjang, serta akar nafas yang timbul dari bawah lumpur. Kadang-kadang hutan bakau diganti oleh palma seperti pohon-pohon nipa (”nipafrunticaus”). 
b. Pohon nipa ini lebih banyak dijumpai dipantai-pantai yang tidak terlalu berlumpur dan banyak dijumpai dipantai di wilayah Indonesia bagian timur, seperti pantai Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Irian.
c. Sagu yang banyak tumbuh didaerah pantai merupakan bahan makanan penduduk Maluku (Indonesia Timur) setelah diolah melalui proses pengambilan sari patinya.
d. Terdapat juga vegetasi lain yang berkembang didaerah pesisir yang berpantai pasir seperti rumput gulung (”Spinifex littoreus), tapak kambing (”Ipomeaepes-caprae”) yang tumbuhnya merayap, pohon-pohon kecil seperti pohon pandan (”pandanus”) banyak diketemukan di pantai selatan Jawa dan pantai-pantai lain di Indonesia.
e. Selain dari itu tumbuhan pantai yang paling terkenal di Indonesia yang banyak tumbuh adalah kelapa yang banyak memberi ciri khas untuk pantai-pantai didaerah tropika. 

4. Vegetasi rawa air tawar / danau daerah tropis
Rawa-rawa air tawar di daerah cekungan atau tanah-tanah tergenang air sering ditumbuhi hutan rawa dan semak-semak gelagah (”reed”) serta berbagai macam komunitas gulma. Selain dari pada itu juga diketemukan tumbuhan kertas (Cyperus papyrus) ekor kucing (typha), maupun enceng gondok serta tumbuhan palma lain.
Pada daerah ini biasanya terjadi gambut, yang banyak diketemukan di Kalimantan, di plato Dieng dan lain-lain. Suatu hal yang karakteristik pada rawa gambut, biasanya didominasi oleh pepohonan yang tergolong dalam ”dicotyledoneae” pada tepi-tepi bekas rawa.
Pada awal mulanya rawa dipenuhi tumbuhan air yang terapung, kemudian disusul dengan tumbuhan berakar dengan daun-daun yang terapung seperti teratai, enceng gondok, dan disusul tumbuhan tahap rawa gelagah dan pada gilirannya akan terganti menjadi semak-semak atau hutan rendah.
Hal ini dapat dilihat dirawa pening atau bekas-bekas rawa yang rendah mulai punah oleh proses pengendapan dan suksesi tumbuhan (danau Tempe, danau sidenreng di Sulawesi Selatan). Demikian halnya dengan Kalimantan yang terkenal dengan tanah gambut yang cukup tebal.
Berdasarkan ketinggian tempat hutan tropis terdiri atas:
1. Hutan Tropis Dataran Rendah (0 – kurang dari 800 m dpl.) 
Famili penyusun hutan ini untuk wilayah Asia Tenggara, yaitu : Dipterocarpaceae, Annonaceae, Bombacaceae, Guttiferae, Sapindaceae, Euphorbiaceae, Dilleniacee, Leguminoceae, Meliaceae, Sterculiaceae.
2. Hutan Tropis Dataran Tinggi/ Pegunungan (800-1.500 m dpl.) 
Famili penyusun hutan ini untuk wilayah Asia Tenggara, yaitu : Fagaceae, Lauraceae, Myrtaceae, Araucariaceae, Juglandaceae.
3. Hutan Tropis Pegunungan Tinggi (lebih dari 1.500 m dpl.) 
Famili penyusun tipe hutan ini untuk wilayah Asia Tenggara, yaitu : Myrtaceae, Podocarpaceae. 

Tipe Hutan Tropis Menurut Iklim di Indonesia 
1. Hutan Tropis Basah 
Hutan tropis basah adalah hutan yang memperoleh curah hujan yang tinggi, sering juga kita kenal dengan istilah hutan pamah. Hutan jenis ini dapat dijumpai di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Bagian Utara dan Papua. Jenis-jenis yang umum ditemukan di hutan ini, yaitu : Meranti (Shorea dan Parashorea), keruing (Dipterocarpus), Kapur (Dryobalanops), kayu besi (Eusideroxylon zwageri), kayu hitam (Diospyros sp). 
2. Hutan Muson Basah 
Hutan muson basah merupakan hutan yang umumnya dijumpai di Jawa Tengah dan Jawa Timur, periode musim kemarau 4-6 bulan. Curah hujan yang dialami dalam satu tahun 1.250 mm-2.000 mm. Jenis-jenis pohon yang tumbuh di hutan ini antara lain jati, mahoni, sonokeling, pilang dan kelampis. 
3. Hutan Muson Kering 
Hutan muson kering terdapat di ujung timur Jawa, Bali, Lombok dan Sumbawa. Tipe hutan ini berada pada lokasi yang memiliki musim kemarau berkisar antara 6-8 bulan. Curah hujan dalam setahun kurang dari 1.250 mm. Jenis pohon yang tumbuh pada hutan ini yaitu Jati dan Eukaliptus.
4. Hutan Savana 
Hutan savana merupakan hutan yang banyak ditumbuhi kelompok semak belukar diselingi padang rumput dengan jenis tanaman berduri. Periode musim kemarau 4 – 6 bulan dengan curah hujan kurang dari 1.000 mm per tahun. Jenis-jenis yang tumbuh di hutan ini umumnya dari Famili Leguminosae dan Euphorbiaceae. Tipe Hutan ini umum dijumpai di Flores, Sumba dan Timor. 
Tipe Hutan Berdasarkan Physiognomi 
Pada sistem klasifikasi ini dasar yang dipakai adalah ciri-ciri luar vegetasi yang mudah dikenali dan dibedakan, seperti semak, rumput, pohon dan lain-lain. Ciri lebih lanjut seperti menggugurkan daun, selalu hijau, tinggi dan derajad penutupan tegakan dapat pula diterapkan. Ciri-ciri yang umum digunakan yaitu : 
a. Tinggi vegetasi, yang berkaitan dengan strata yang nampak oleh mata biasa
b. Struktur, berpedoman pada susunan stratum (A, B, C, D dan E), dan penutupan tajuk (Coverage). 
c. Life-form atau bentuk hidup atau bentuk pertumbuhan, merupakan individu-individu penyusun komunitas tumbuh-tumbuhan. 
Contoh : 
1. Ciri physiognomi hutan tropis dataran rendah : 
Kanopi : 25 – 45 m
Tinggi pohon (emergent) : Khas, 60 – 80 m
Daun penumpu : Sering dijumpai
Elemen daun dominan : Mesophyl
Akar papan : Sering dijumpai dan sangat besar
Kauliflori : Sering dijumpai
Liana berkayu : Sering dijumpai
Liana pada batang : Sering dijumpai
Ephyphit : Sering dijumpai
2. Ciri physiognomy hutan tropis dataran tinggi/ pegunungan :
Kanopi : 15 – 33 m
Tinggi pohon (emergent) : Sering tidak ada
Daun penumpu : Jarang dijumpai
Elemen daun dominan : Mesophyl
Akar papan : Jarang dijumpai dan kecil
Kauliflori : Jarang dijumpai
Liana berkayu : Jarang dijumpai
Liana pada batang : Sering dijumpai
Ephyphit : Sangat sering dijumpai
3. Ciri physiognomi hutan tropis pegunungan tinggi :
Kanopi : 2 - 18 m 
Tinggi pohon (emergent) : Pada umumnya tidak ada
Daun penumpu : Sangat jarang  dijumpai
Elemen daun dominan : Microphyl
Akar papan : Pada umumnya tidak ada
Kauliflori : Tidak ada
Liana berkayu : Tidak ada
Liana pada batang : Jarang dijumpai
Ephyphit : Sering dijumpai
            
Di Indonesia berdasarkan ciri physiognomi tedapat dua tipe hutan yaitu : 
a. Hutan Hujan Tropis, hutan yang selalu hijau 
Hutan hujan tropis umumnya dijumpai di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku bagian Utara dan Papua
b. Hutan musim atau hutan yang menggugurkan daun
Hutan musim yang menggugurkan daun dijumpai di Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Maluku bagian Selatan. 

TIPE VEGETASI DAERAH SUBTROPIS DAN DAERAH DI SEKITARNYA

Daerah subtropik merupakan daerah yang terletak pada 23,5°-66,5° LU atau LS. Iklimnya disebut iklim sedang. Musim hujan muncul sepanjang tahun 75-100 cm/tahun. Memiliki 4 musim, yaitu:
1. Musim panas (summer)
2. Musim gugur (autum)
3. Musi dingin (aunter)
4. Musim semi (spring) 

Ciri vegetasi subtropik:
Adapun hutan yang ada yakni hutan peluruh, yang akan meluruh pada musim dingin dan akan bersemi kembali saat musim dingin selesai. Jumlah tumbuhan yang hidup lebih sedikit dibandingkan hutan daerah tropis. Biasanya tanaman ukurannya tinggi dengan jarak yang tidak rapat antara satu pohon dengan pohon lainnya, dan hampir tidak ada perdu di bawahnya.
Di daerah subtropika yang curah hujannya melimpah dan terbagi merata terdapat hutan basah (hutan hujan) yang serupa dengan hutan tropika basah, kecuali terdapatnya kecendrungan tidak begitu lebat dan didominasi oleh jenis-jenis tumbuhan yang jumlahnya sedikit, dan mencakup unsur dari daerah iklim sedang, tetapi dengan jumlah flora yang lebih kecil. Seringkali dalam hutan subtropika basah terdapat liana dan epifit, demikian pula jenis pohon-pohonnya. Semakin jauh dari daerah tropika, tetapi masih dalam daerah hutan subtropika, jumlah spesies khususnya spesies pohon semakin berkurang dan berbagai corak fisiognomi dan tropika yang khas seperti terdapatnya banir berangsur-angsur menghilang.
Persebaran dari hutan subtropika diantaranya Australia bagian Timur, Asia Tenggara termasuk Cina bagian Selatan, Myanmar bagian Utara, serta Pantai Timur Amerika Selatan. Selain itu, terdapat beberapa daerah terpencil alam wilayah subtropika yang dalam keadaan menguntungkan, disana terapat hutan tak ranggas terpencil yang berdaun lebar, seperti hutan ayunan di Florida dan hutan pada tepian Rio de la Plata.



DAFTAR PUSTAKA

Arief, Arifin. 2002. Hutan dan Kehutanan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Ewusie, J. Yanney. 1990. Ekologi Tropika. Bandung: ITB.
http://muhsholeh.blogspot.com/2010/10/tipe-vegetasi-daerah-tropis-dan-daerah.html.
http://miagani.typepad.com/blog/2010.
Suhendang, Endang. 2002. Pengantar Ilmu Kehutanan. Bogor: Yayasan Penerbit
Fakultas Kehutanan IPB
Tjitrosoepomo, Gembong. 1990. Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu
Serumpun. Yogyakarta: UGM Press.

PB09

Tidak ada komentar:

Posting Komentar