POPULASI TUMBUHAN
A. Konsep Populasi
Populasi secara sederhana diartikan sebagai suatu kelompok organisme (tumbuhan/hewan) yang mampu melakukan persilangan diantaranya dan menempati suatu ruang/kawasan tertentu. Kelompok organisme yang membentuk populasi tidak lain adalah individu-individu dari spesies yang sama baik secara genetik maupun secara morfologi. Oleh karena itu, bila kita membicarakan populasi kita harus menyebutkan jenis individu (spesies) yang dibicarakan dan juga diperlukan batas waktu dan bahkan kuantitas. (Syamsurizal, 1999 : 12)
Ciri-ciri populasi:
1. Ciri biologi, merupakan ciri yang dimiliki oleh individu-individu pembangun populasi
Contoh: akar gantung pada anggrek
2. Ciri statistik, merupakan ciri unik sebagai himpunan dari kelompok individu.
Contoh: Kerapatan
Dua pengamatan yang mempelajari ekologi populasi,
1. Speses-spesies tidaklah sama melimpahnya dalam seluruh wilayah; beberapa spesies mungkin banyak jumlahnya, sedangkan spesies lain barangkali sedikit.
2. Spesies-spesies tidaklah sama melimpahnya di suatu daerah dibandingkan dengan daerah lainnya diwilayah tersebut (McNaughton. 2000: 288-289).
B. Karakteristik Populasi
1. Memiliki kerapatan (density)
Untuk menyatakan ukuran/ besarnya populasi, pengertian kerapatan populasi (populasi density, densitas populasi) banyak dipakai. Kerapatan populasi dapat dinyatakan dalam jumlah individu dengan ruang yang ditempati pada satuan luas (misalnya m2 atau Ha) untuk organisme yang hidup di darat atau satuan volume (misalnya liter atau m3)
Kerapatan = Jumlah individu
Satuan luas/volume
Kerapatan populasi ditentukan oleh :
a. Energy/produktifitas lingkungan
b. Tropic level organisme yang menyusunnya
c. Besar atau kecepatan metabolisme
d. Homeostatic mechanism yaitu suatu mekanisme dimana adanya kecenderungan faktor biotis mengadakan keseimbangan.
(Dalim, 1999 : 83-84)
Kerapatan kotor (Crude density) merupakan banyaknya individu (biomassa) yang terdapat dalam satuan ruangan keseluruhan. Misalnya jumlah spesies per hektar hutan tropik basah. Kerapatan ekologis berarti banyaknya individu (biomassa) per satuan habitat atau banyaknya individu menempati per satuan/volume yang tersedia.
Batas atas kerapatan populasi ditentukan oleh arus energy dalam ekosistem, tingkat tropic organisme, ukuran individu dan kerapatan metabolisme individu organism tersebut. Batas bawah kerapatan populasi lebih sulit ditemukan, kecuali pada suatu ekosistem yang memiliki mekanisme homoeostatis yang bekerja untuk menjaga kerapatan organisme secara umum dan organism yang dominan.
Makin rendah tingkat tropik makin tinggi kerapatanya dan pada tingkat tertentu makin besar individu makin besar biomassanya.
(Suin, 2002 : 35-36)
2. Perubahan- perubahan kepadatan populasi, istilah yang digunakan adalah dinamika populasi.
Sebagian besar organisme menunjukkan variasi besar populasi tahuanan, yaitu adanya periode perkembangbiakan diikuti periode perkembangbiakan terbatas atau tanpa perkembangbiakan tetapi dengan beberapa kematian (mortality). Pola besar atau ukuran populasi selamam beberapa tahun ditentukan oleh pola tahunan periode kelahitan (natality) dan kematian
Faktor yang menyebabkan perubahan pada populasi yaitu:
a) Angka kelahiran (natalitas), yaitu angka kelahiran yang dapat menambah besarnya populasi.
N = Jumlah individu lahir
Satuan waktu
Natalitas maksimum disebut juga natalitas mutlak atau fisiologis dapat dinyatakan sebagai banyaknya jumlah maksimum individu-individu baru dalam kondisi ideal (tidak ada factor pembatas ekologis, hanya factor pembatas fisiologis). Nilai natalitas maksimum ini untuk populasi adalah konstan. Natalitas ekologis menyatakan peningkatan populasi dalam kondisi lingkungan yang sebenarnya atau kondisi spesifik lingkungan.
b) Angka kematian (mortalitas), yaitu yang dapat mengurangi besarnya populasi.
M = Jumlah individu yang mati
Satuan waktu
c) Perpindahan masuk (imigrasi) juga dapat menambah populasi
d) Perpindahan keluar (emigrasi) dapat mengurangi populasi
Keempat faktor ini menyebabkan populasi turun naik yang disebut juga fluktuasi populasi.
Populasi yang terkontrol merupakan sesuatu yang secara teratur mengarah pada kemampuan lingkungan untuk mendukung individu-indivudu. Daya dukung ini bisa berubah menurut waktu, oleh karena ketersediaan sumber menjadi kritis, perubahan umur struktur genetic populasi, atau perubahan sumber kematian eksternal. Densitas populasi terkontrol mungkin berubah dalam pola yang bertahap (tracking) dengan berubahnya daya dukung lingkungan. Tracking dari fluktuasi yang besar membutuhkan hubungan timbal balik yang kuat dan cepat antara organism denagn lingkungan. Hubungan tersebut akan menentukan kecepatan perubahan populasi terkontrol sebagai respon terhadap fluktuasi lingkungan. (McNaughton, 2000: 509)
Pertumbuhan Populasi
1. Struktur Umur
Dalam lingkaran hidup organisme terdapat fase lahir, pertumbuhan, dewasa, tua, dan mati. Struktur umur dalam suatu populasi dapat menunjukkan suatu populasi apakah sedang mengalami pertumbuhan yang cepat, stabil, atau menurun.
2. Bentuk pertumbuhan populasi
a) Bentuk J
Ditandai bila kepadatan suatu populasi tumbuh secara eksponensial (sangat cepat), lalu pertumbuhan berhenti mendadak karena daya tahan lingkungan.
b) Bentuk S (Sigmoid)
Mula-mula populasi tumbuh lambat, makin lama makin cepat, karena factor lingkungan maka populasi tumbuh menjadi lambat.
EKOSPESIES
Sekelompok spesies yang mampu melakukan tukar menukar gen dengan keturunan yang fertil tetapi kesuburan berkurang apabila melakukan hibridisasi dengan spesies lain.
EKOTIPE
Merupakan variasi yang ada dalam satu spesies akibat adanya perubahan faktor lingkungan seperti cahaya, intensitas cahaya, garis lintang, latitude, elevasi atau krakteristik situs lainnya. Variasi itu berupa tinggi pohon, ukuran daun, waktu berbunga. Sterbbins menyatakan bahwa ekotipe adalah kumpulan organisme yang mempunyai susunan genotipe sama, baik heterozygot maupun homozygot dan beradaptasi pada niche tertentu. Anggota suatu kelompok organisme dengan susunan genotipe yang sama dalam pembicaraan ekologi disebut biotipe dan niche adalah tempat suatu organisme berfungsi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
(Odum, 1961).
Beberapa pandangan mengenai ekotipe:
a) Menurut Kenner
Variasi yang ada pada spesies bersifat plastis dan bukan sebagai tanggapan genetis yang diturunkan.
b) Menurut Turesson
Variasi yang ada dapat diturunkan dan merupakan adaptasi terhadap habitatnya
Kriteria ekotipe menurut Turesson:
a) Ekotipe harus berdasarkan sifat genetik
b) Pebedaannya dapat berupa morfologis atau fisiologisnya
c) Hadir dalam tipe habitat yang berbeda secara jelas
d) Perbedaan genetik merupakan hasil adaptasi terhadap perbedaan habitat
e) Berpotensi interfertil (sama-sama subur) dengan ekotipe lain dari spesies yang sama
f) Merupakan satuan yang tegas dengan perbedan nyata yang memisahkan suatu ekotipe dengan lainnya
c) Menurut Clausen dan kawan-kawan
Dalam ukuran populasi tunggal sampai group regional, makin luas kisaran penyebaran spesies, makin banyak ekotipe dalam spesies tersebut.
(Syamsurizal, 1999 : 16)
Sifat Karakteristik Ekotipe
Keistimewaan sifat ekotipe antara lain:
1) Ekotipe spesies selalu interfertil
2) Dapat mempertahankan keistimewaan asalnya bila ditanam dalam habitat lain
3) Ekotipe didasarkan sifat-sifat genetis
4) Suatu spesies dengan ekologi yang luas dibedakan atas dasar sifat-sifat morfologis, fisiologis dalam habitat yang berbeda
5) Dapat terjadi dalam tipe habitat yang jelas
Pembentukan Ekotipe Baru
Ekotipe baru dapat dihasilkan melalui metode:
1. Hibridisasi
Ini dihasilkan oleh persilangan alami dari Spartia stricta dengan S. alterriflora, hibrid yang baru S. townsendii, hasil persilangan kedua induk dari habitat alami.
2. Mutasi
Hibrid-hibrid baru juga dapat dihasilkan dari mutasi alami dan rekombinasi, gen pool kecil mengumpul dalam jumlah populasi yang lebih baik adaptasinya. Dalam habitat atau lingkungan yang istimewa (khusus) beberapa ekotipe baru timbul karena penanaman (pengolahan) atau dijaga adanya seleksi kompetisi.
3. Pertukaran kromosom (Chromosonal changes)
Hilangnya atau penambahan segmen kromosom menghasilkan pertukaran genotipe diikuti oleh pertukaran fenotipe hasil dari pembentukan ekotipe baru karena poliploid-poliploid hampir tidak menunjukkan toleransi ekologi seperti induknya.
Macam-macam Ekotipe
Menurut macam-macam kondisi lingkungan, ekotipe dibagi:
1. Klimatik ekotipe yaitu ekotipe yang terjadi akibat pengaruh faktor-faktor iklim seperti cahaya, temperatur, air dan angin. Turesson (1930) telah menyelidiki klimatik ekotipe misalnya: Leontodon auntumnalis.
2. Edhaphik ekotipe ialah ekotipe yang terjadi akibat perbedaan tipe dan reaksi tanah atau faktor-faktor tanah seperti kelembaban tanah, kelebihan atau kekurangan nutrien dan sebagainya.
Misa dan Rao (1948) telah mempelajari Lindenbergia Polyantha dan Rankishman (1961) mempelajari Euphorbia thymifolia.
3. Klimatik adhapik ekotipe. Kadang-kadang ekotipe terjadi karena pengaruh faktor iklim dan tanah disebut klimatik edhapik ekotipe. Pandey dan Jayan (1970) mempelajari Cenchrus ciliaris.
4. Altitudinal dan latitudinal ekotipe adalah suatu eotipe yang terjadi akibat perubahan tinggi tempat dan akibat perbedaan lintang seperti Cassia tora, Anagalis arvensis, Pinus dan Gymnospermae lain.
5. Fisiologik ekotipe yaitu ekotipe yang terjadi akibat perubahan fisiologis seperti penyinaran (photoperiode), absorbsi air, cyclus nutrien misalnya: Boutelona curtipendula.
EKOKLINE
Merupakan populasi-populasi dari sekelompok organisme-organisme dengan karakteristik yang berbeda secara teratur. Konsep ekotipe dari Turesson trenyata sangat terbatas penggunaannya. Gregor (1946) mengamati secara seksama 2 ekotipe dari Plantago maritime, dimana suatu ekotipe tumbuh di rawa garaman yang teratur tergenang oleh pasang tinggi dengan salinitas tanah mendekati 2,5%. Tumbuhan ini memilik dari daun pendek dan biji kecil.
Ekotipe lain menempati padang nonsalin jauh di pedalaman yang mempunyai daun lebih panjang, biji besar. Gregor mengumpulkan biji-biji tanaman tersebut kemudian menebarkannya. Gregor juga mengambil biji-biji tanaman yang berasa di daerah ekoton dan ditebarkan secara bersama pada suatu transek. Ia menemukan hasil bahwa perbedaan lapangan secara genetic tetap ada, akan tetapi perubahan tersebut menunjukkan suatu bentuk gradasi secara kontinu dari suatu bentuk ekotipe yang ekstrem ke bentuk ekotipe ekstrem lainnya. Tidak ada batas yang tegas antara dua ekosistem, apalagi suatu ekotipe dengan tumbuhan yang berasal dari daerah ekoton.
(Syamsurizal, 1999 : 16)
DAFTAR PUSTAKA
Dalim, Yeniwarti. 1999. Fitogeografi (Geografi Tumbuh-Tumbuhan). Padang:
Universitas Negeri Padang.
McNaughton, S.J.1993. Ekologi Umum. Yogyakarta : UGM Press.
Odum, Eugene P.1993. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta : UGM Press.
Suin, Nurdin Muhammad.2002. Metoda Ekologi. Padang : Universitas Andalas.
Syamsurizal. 2000. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Padang: Universitas Negeri
Padang.
http://fp.uns.ac.id/~hamasains/ekotan%205.htm
http://pengertian-definisi.blogspot.com/2010/10/definisi-ekotipe.html
PB09
Makasih kak. Sangat membantu tugas kuliah. :)
BalasHapus